SALAH satu pegiat ecoenzyme mengatakan bahwa ada anggotanya yang minum ecoenzyme setiap hari sebanyak 1 tutup botol (20 ml) untuk menjaga tubuh tetap sehat.
Pakar Ecoenzyme Dr. Ir. Jarot Wijanarko, M.Pd. mengatakan bahwa ecoenzyme bukan untuk diminum. Pasalnya, modul ecoenzyme memang bukan untuk dikonsumsi.
“Sudah berkali-kali diajarkan bahwa ecoenzyme tidak untuk diminum. Kenapa? Karena SOP atau Modulnya memang tidak standar untuk dikonsumsi,” tulis Jarot dalam Channel Telegram Rumah Fermentasi, Rabu (13/10).
Jarot menjelaskan, bahan dasar ecoenzyme adalah kulit dan sisa sayur. Walaupun segar dan sudah dicuci, tidak menjamin bebas pathogen, dan airnya juga bukan air matang.
“Banyak air tercemar pathogen dan gulanya pun molase yang bukan standar konsumsi manusia, tetapi banyak digunakan untuk fermentasi pakan ternak. Sementara, ternak memiliki pencernaan yang berbeda, mereka mengais-ngais makanan sampah tetapi tidak sakit perut, berbeda dengan manusia,” tambah Jarot Wijanarko.
Selain itu, ecoenzyme dibuat tanpa starter. Dr. Jarot mengatakan, hampir semua minuman probiotik dibuat dengan starter (kecuali classic enzyme – tanpa starter, serupa dengan ecoensyme tapi untuk diminum, fermentasi minimal 6 bulan dan dengan SOP yang jauh lebih ketat, atau bahkan sangat ketat.
“Saya menyarankan jika mau mengonsumi minuman probiotik, gunakan starter. Starter akan menjamin bakteri baik di dalam starter akan berkembang biak terlebih dahulu, lebih cepat dan lebih banyak. Seandainya ada kontaminasi pathogen (bakteri jahat), starter juga membuat fermentasi amat sangat jauh lebih cepat,” jelasnya.
Baca Juga: 7 Tips Mengelola Sampah dari Rumah
Bahaya Minum Ecoenzyme, Ini Penjelasan Pakar
Semua jenis starter yang dibuat untuk dikonsumsi manusia bisa dipakai seperti: Promig, Kefir Grains, Scoby kombucha, Ragi roti (seperti Tepache dari Meksiko – sangat mirip dengan pembuatan ecoenzyme namun dengan starter ragi roti), Caldwell’s starter (berupa bubuk probiotik), Kapsul probiotik (yang biasa dikonsumsi sebagai suplemen), cairan fermentasi sebelumnya, dan bisa juga minuman fermentasi (pilih yang plain tanpa perasa dan pewarna).
Khusus starter berbentuk kering: ragi, bubuk probiotik, kapsul probiotik, Jarot menyarankan agar mikrobanya diaktifkan dulu dengan mencampurnya dengan air dan gula dan didiamkan 2-4 hari, hingga muncul seperti buih-buih kecil di permukaan air, tanda mikroba telah aktif.
“Tidak ada ukuran khusus air dan gula, makin banyak gula akan makin asam hasil fermentasi nanti,” tambahnya lagi.
Lalu, masukkan buah-buahan tanpa kulit, buah segar, organik, dan bersih. Fermentasi 3-4 hari, ada yang lebih, kadang 2-3 minggu untuk lebih asam, bahkan ada yang hingga 3-6 bulan tergantung selera.
“Makin lama akan makin asam bisa juga terbentuk alkohol tergantung jenis buah dan starter,” jelasnya.
Kulit beresiko menimbulkan patogen, untuk itu, Jarot menyarankan agar mengupas buah dan buang kulitnya, kecuali jika kamu yakin buahnya organik, ditanam di lingkungan organik dan buah dicuci serta direndam dalam larutan desinfektan probiotik (misal ezy 1: 1000) selama minimal 20 menit.
Selebihnya, kamu bisa belajar dari aneka tutorial yang ada di google mengenai tata cara membuat minuman probiotik untuk diminum/dikonsumsi manusia.
“Sekali lagi, jangan minum ecoenzyme karena modul atau SOP pembuatan ecoenzyme tidak dirancang untuk dikonsumsi tetapi untuk eco (lingkungan). Jika bisa untuk pengobatan, gunakan sebagai pengobatan luar yang tidak dimasukkan secara sengaja ke dalam tubuh,” tegas Jarot.
Salam ecoenzyme, salam sehat, sehat dengan konsumsi yang benar dan bersih.[ind]