ChanelMuslim.com – Badai sitokin adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sitokin yang berlebihan, sehingga membuat kerusakan di dalam tubuh serta membuat sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi dengan baim atau sebagaimana mestinya.
Sitokin adalah protein yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Namun, ketika tubuh melepaskan terlalu banyak sitokin ke dalam darah dalam jangka waktu yang sangat cepat, maka akan membuat sel imun justru menyerang jaringan dan sel tubuh yang sehat, sehingga menyebabkan peradangan.
Komplikasi ini ramai diperbincangkan setelah dialami oleh salah satu Youtuber Indonesia yang terkenal dengan program podcastnya, Deddy Corbuzier.
Baca Juga: 5 Gejala Pasca Covid yang Perlu Diwaspadai
Gejala Badai Sitokin
Badai sitokin sangat rentan terjadi pada masa menyebarnya Covid-19 ini. Namun, tidak selalu identik dengan pengidap Covid-19, dilansir halodoc.com, sebuah artikel yang ditinjau oleh dr. Rizal Fadli, badai sitokin adalah komplikasi umum yang juga terjadi pada pengidap flu dan penyakit pernapasan lainnya.
Hal ini juga memiliki kaitan erat dengan penyakit non infeksi seperti multiple sclerosis dan pankreatitis.
Fenomena ini sebenarnya sudah lebih dikenal setelah wabah virus flu burung H5N1 pada tahun 2005. Ketika tingkat kematian yang tinggi dikaitkan dengan respons sitokin yang tidak terkendali.
Gejala ini juga bisa jadi penjelasan kenapa beberapa orang memiliki reaksi parah terhadap virus corona sementara yang lain hanya mengalami gejala ringan.
Hal tersebut juga menjadi alasan mengapa orang yang usianya lebih muda kurang terpengaruh karena sistem kekebalan tubuh mereka kurang berkembang sehingga menghasilkan tingkat sitokin penggerak peradangan yang lebih rendah.
Dari sini, kita bisa mengetahui bahwa komplikasi ini memang berkaitan dengan sistem pernapasan kira.
Sementara itu, seperti dilansir dari alodokter.com, sebuah artikel kesehatan yang ditinjau oleh dr. Sienny Agustin, penderita akan mengalami beberapa gejala, seperti mengalami demam dan sesak napas hingga membutuhkan alat batu napas atau ventilator.
Kondisi ini biasanya terjadi sekitar 6–7 hari setelah gejala Covid-19 muncul. Selain itu, gejala yang akan dirasakan lainnya seperti kedinginan atau menggigil, kelelahan, pembengkakan di tungkai, mual dan muntah, nyeri otot dan persendian, sakit kepala, ruam kulit, dan batuk.
Kemudian, akan merasakan juga napas cepat, kejang, sulit mengendalikan gerakan, kebingungan dan halusinasi, tekanan darah sangat rendah, dan penggumpalan darah.
Baca Juga: Kulit Cerah dan Glowing dengan Perawatan DNA Salmon
Cara Penanganannya
Apabila mengalami gejala-gejala tersebut, kita bisa mencoba memeriksakan diri ke dokter karena penderita Covid-19 yang mengalami badai sitokin memerlukan perawatan di unit perawatan intensif (ICU).
Nantinya, penanganan-penanganan yang akan dilakukan dokter adalah pemantauan tanda-tanda vital, yang meliputi tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh, secara intensif.
Selain itu, pemasangan mesin ventilator, pemberian cairan melalui infus, pemantauan kadar elektrolit, cuci darah (hemodialisis), dan pemberian obat anakinra atau tocilizumab (actemra) untuk menghambat aktivitas sitokin.
Namun, dijelaskan bahwa masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penanganan yang tepat terhadap penderita COVID-19 yang mengalami badai sitokin.
Sahabat Muslim, itulah penjelasan dari badai sitokin. Walau kita telah tahu bagaimana cara penanganannya, tetapi tentu saja mencegah masih lebih baik. Mari kita selalu menjaga kesehatan dengan pola gaya hidup sehat serta selalu menerapkan protokol kesehatan. [Cms]