SAHABAT Muslim, penyebab stres banyak faktornya, tapi masalahnya, stres yang tidak tertangani dengan tepat akan memunculkan Post-Traumatic Stress Reaction (PTSR).
Konselor Keluarga Cahyadi Takariawan menjelaskan, trauma yang berpanjangan dialami seseorang dapat mengakibatkan beberapa reaksi pada penderitanya.
Di antaranya adalah Post-Traumatic Stress Reaction (PTSR), dan Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD).
Pertama, Post-Traumatic Stress Reaction (PTSR) atau reaksi stres pasca peristiwa traumatik
Secara umum stres disebabkan oleh beberapa kejadian. Untuk anak-anak dan remaja, secara umum, stres disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
(1) kematian orang yang disayangi,
(2) luka fisik atau cacat,
(3) berpikir akan terjadi (terulang kembali) suatu bencana atau krisis,
(4) orang yang disayangi terluka atau cacat fisik,
(5) kehilangan mainan/benda kesukaan,
(6) pertengkaran orang tua,
(7) kemiskinan,
(8) ujian sekolah yang sulit,
(9) hukuman fisik dari guru, dan
(10) jauh dari rumah.
Baca Juga: Kenali Tanda Anak Mengalami Stres
10 Penyebab Stres dan Munculnya Post-Traumatic Stress Reaction
Selain itu, juga dikenal reaksi stres dan intervensi berdasarkan tingkat usia terhadap fisik, mental, emosional, dan perilaku seseorang.
Pertama, reaksi pada fisik, berupa gangguan yang dialami fungsi tubuh, seperti mati rasa (lumpuh, tidak dapat merasakan sensasi sakit), sulit tidur, gangguan pernapasan, jantung berdebar, kencing di tempat tidur.
Kedua, reaksi pada mental, yaitu gangguan yang terjadi pada proses berpikir.
Di antara tandanya adalah mimpi berulang tentang kejadian traumatik yang dialami, selalu teringat akan kejadian tersebut, kehilangan minat terhadap aktivitas keseharian, tidak percaya diri, dan merasa tidak berdaya.
Ketiga, reaksi pada emosional, yaitu gangguan pada perasaan, seperti cemas, takut, gugup, marah dan merasa bersalah, merasakan kembali ketakutan setelah beberapa waktu berlalu,
kesepian bahkan ketika sedang bersama-sama orang lain, kehilangan emosi, terutama emosi positif seperti cinta dan bahagia.
Keempat, reaksi pada perilaku, berupa mengelak dari situasi yang dapat mengingatkan pada kejadian, dan dapat menghidupkan lagi peristiwa traumatik tersebut,
dengan marah dan agresif, perubahan perilaku yang drastis dan kadang-kadang bertahan lama.
Ada dua tahapan usia yang paling rentan terjadi trauma, yaitu:
(1) usia kanak-kanak berisiko tinggi terhadap kemungkinan munculnya gejala trauma,
(2) pada usia remaja, kerentanan yang ditimbulkan jauh lebih tinggi dibandingkan kanak-kanak.
Tedeschi, Park & Calhoun menyatakan, faktor-faktor yang memunculkan reaksi terhadap peristiwa trauma, adalah:
a. umur, di mana umur yang lebih muda bereaksi lebih signifikan dibanding yang tua
b. lamanya waktu persiapan yang dimiliki sebelum peristiwa terjadi –misalnya beberapa hari sebelum terjadi badai sudah ada peringatan, sedangkan gempa bumi tidak ada peringatan
c. jumlah kerusakan yang terjadi pada seseorang (secara fisik, emosional, dan spritual) atau barang-barang
d. jumlah kematian dan kerusakan yang menyebabkan seseorang merasa bertanggung jawab atasnya atau merasa tidak dapat mencegah peristiwa itu terjadi.[ind]
(bersambung)
Sumber:
1. Jayne Leonard, What is Trauma? What to Know, https://www.medicalnewstoday. com, 3 Juni 2020
2. Kusmawati Hatta, Trauma dan Pemulihannya, Dakwah Ar-Raniry Press, Aceh, 2016
3. Mary Beth Williams & Soili Poijula, The PTSD Workbook: Simple, Effective Techniques for Overcoming Traumatic Stress Symptoms, New Harbinger Publications, 2002