NIKAH itu anugerah. Nikah itu kenikmatan Nikah juga tantangan. Tapi nikah bukan beban.
Apa yang kita bayangkan tentang nikah? Persepsinya tentu bisa macam-macam.
Tapi, sejumlah fakta dan pengalaman banyak orang, nikah adalah di antara berikut ini.
Satu, Mendapat Teman Hiidup.
Boleh-boleh saja ada anggapan bahwa teman bisa diperoleh dari banyak pergaulan. Tapi, teman yang bisa menemani di segala keadaan hanya ada dalam ikatan pernikahan.
Itulah dia teman sebagai suami atau istri. Teman yang bisa selalu bersama sehidup semati.
Apa ada teman yang mau nemenin tidur, makan, minum, mandi, dalam suka duka, dalam sakit dan bahagia?
Rasanya hanya suami atau istri.
Dua, Terpenuhinya Kebutuhan Biologis.
Yang namanya kebutuhan biologis itu bukan hanya makan, minum, tidur. Ada juga kebuuhan lain: seks.
Kebutuhan ini alamiah. Karena itu harus dipenuhi dengan baik, seperti halnya makan dan lainnya.
Jika kebutuhan alamiah diabaikan, bisa jadi akan memunculkan ekses.
Jadi nikah menyalurkan kebutuhan alamiah itu dengan baik.
Tiga, Menyalurkan Energi dan Potensi.
Energi dan potensi itu butuh wadah untuk disalurkan. Hal ini agar energi dan potensi bisa terus berkembang. Mirip seperti mata air dalam sumur yang kian bertambah jika digunakan.
Contoh, orang yang sukses secara materi butuh wadah untuk membelanjakan yang ia punya. Dari situlah ia merasa terpuaskan secara psikologis.
Masih banyak energi dan potensi lain yang tersimpan dalam diri seseorang. Dan dalam ruang pernikahan, hal itu akan tersalurkan dengan baik.
Empat, Pengakuan Status Sosial.
Di semua momen pertemuan sosial, selalu kita dengar orang menyebut, “Bapak dan Ibu sekalan”.
Dan tidak ada yang akan berujar, “Bapak Ibu dan para lajang sekalian.”
Umumnya mereka yang sudah berkeluarga yang merasa butuh untuk punya rumah. Dan dari situlah, masyarakat akan mengakui eksistensi kita.
Kalau masih lajang, apalagi masih tinggal bareng ortu, rasanya jarang ada lngkungan Rt Rw yang menyebut rumah si lajang. Mereka akan menyebut ortu si lajang.
Lima,, Menyiapkan Penerus Kehidupan.
Invetasi yang paliing menguntungkan adalah menyiapkan penerus kehidupan. Dan penerus yang bisa terikat langsung dengan diri kita adalah anak.
Kenapa disebut investasi paling mahal? Karena hanya hubungan anak dan ortu yang tidak ada bekasnya. Hubungan itu langgeng di duna dan akhirat.
Contoh, rumah bisa disebut bekas kalau sudah bukan lagi rumah kita. Begitu pun dengan kendaraan.
Bahkan suami atau istri pun bisa ada istilah bekasnya. Kalau sudah tdak lagi dalam ikatan pernikahan.
Jadi, sayang sekali jika hanya investasi di materi karena semua itu bisa akan menjadi milik orang lain.
Hanyak anak kandung yang terus melekat dalam diri kita. Dan itu hanya bisa didapat dari pernikahan. [Mh]