SEORANG gadis mualaf mengucapkan dua kalimat syahadat. Menariknya, sang ibu yang non muslim ikut menemani putrinya bersyahadat.
Nama panggilannya Dea. Gadis kelahiran 94 ini menyatakan diri ingin mengucap dua kalimat syahadat di hadapan seorang Ustaz dan para santri di Pesantren Annaba, Bogor, Jawa Barat.
Peristiwa itu berlangsung di Bulan Maret 2022, seperti ditayangkan Annaba TV melalui saluran Youtubenya.
Motivasi Memeluk Islam
Sang Ustaz menanyakan, “Apa motivasi Dea mau memeluk agama Islam? Apakah karena paksaan?”
Dea yang mengenakan busana muslim itu menjawab, “Tidak ada paksaan. Saya ingin memeluk Islam karena ingin mendapat ketenangan, tidak cemas menghadapi masalah.”
Lulusan jurnalistik itu juga mengungkapkan ingin seperti teman-temannya yang muslim ketika mereka shalat dan ibadah. Mereka menjadi begitu tenang.
Dukungan Ibu
Dea juga menceritakan tentang ibunya yang tidak keberatan dirinya masuk Islam. Ketika ditanya sang Ustaz, sang ibu yang mendampingi putrinya itu mengiyakan bahwa ia setuju anaknya memeluk agama Islam.
Ibunya mempersilakan putrinya untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Termasuk dalam pilihan agama. Jadi, ia mendukung saja pilihan anaknya itu. Bahkan ikut mendampingi sang putri dalam mengucapkan syahadat. Meskipun ia tidak ikut masuk Islam.
Sang Ustaz pun menanyakan, apakah Dea sudah mempelajari agama Islam. Staf marketing di sebuah perusahaan ini pun menjawab, iya. “Sudah tiga tahun saya belajar agama Islam,” ucapnya.
Dan saat ini, menurut Dea, ia sudah sangat mantap hati untuk mengucapkan syahadat. Para saksi yang para santri muslimah pun mengucapkan ‘takbir’.
Pak Ustaz menjelaskan syarat memeluk Islam. Yaitu, tekad bulat untuk memeluk Islam. Tanpa keraguan sedikit pun. Dan kedua, mengucap dua kalimat syahadat.
Mengucap Syahadat
Melalui bimbingan Ustaz dan disaksikan para santriwati, Dea mengucapkan dua kalimat syahadat dengan penuh keyakinan.
“Asyhadu an laa ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah,” ucap Dea sepenggal demi sepenggal.
Sang ibu pun tampak bahagia usai putrinya lancar mengucapkan syahadat.
Berganti Nama Panggilan
Seusai bersyahadat, Dea menyimak uraian Pak Ustaz tentang tuntutan ajaran Islam untuk para mualaf. Antara lain, melakukan mandi besar, mulai melaksanakan ibadah shalat, puasa, zakat, dan haji jika mampu.
Dea pun diberikan ‘kabar gembira’ oleh Pak Ustaz bahwa sejak itu seluruh dosa-dosanya dihapus Allah subhanahu wata’ala.
“Saat ini, Dea merupakan orang yang paling bersih dari dosa di antara kita semua yang hadir di sini,” ucap Pak Ustaz.
Dea pun tersenyum. Sesekali ia menoleh ke arah ibunya yang tetap setia berada di sampingnya.
Satu lagi, tambah Pak Ustaz, “Tanpa harus mengubah administrasi nama asli, Dea akan berganti nama panggilan dengan nama yang Islami.”
“Apakah Dea sudah menyiapkan nama?” tanya Pak Ustaz.
Dea pun menjawab dengan mantap. “Sudah Pak Ustaz. Namanya Kamilah,” ucapnya yang disambut ‘takbir’ oleh para yang hadir.
Sejak itu, Pak Ustaz mempersilakan Kamilah untuk hadir di hari Sabtu dan Ahad untuk mengikuti kajian tentang Keislaman bersama santriwati-santriwati lain. [Mh]