MARHABAN Yaa dzuyufurrahman, jurnalis dan travel writer Uttiek M. Panji Astuti menulis tentang kematian yang indah yang dialami oleh seorang jemaah haji yang wafat di Madinah saat baru saja tiba untuk menunaikan haji.
Seorang jemaah haji asal Jakarta, Suhati, meninggal dunia di Bandara Prince Mohamed bin Abdul Aziz (AMAA) di Madinah pada Sabtu (4/6).
Suhati meninggal karena gangguan jantung saat proses imigrasi di bandara. Meninggalnya Suhati merupakan kasus wafat pertama untuk jemaah haji meninggal dunia di Arab Saudi. [Republika, 4/6].
Innalillahi wa innailaihi rojiun.
Sebuah kematian indah yang diimpikan siapa saja. Wafat dalam perjalanan menunaikan ibadah haji.
Sampai hari Ahad (5/6) setidaknya 5.945 calhaj telah tiba di Tanah Suci.Tahun 2022 ini, pemerintah Arab Saudi menetapkan kuota haji Indonesia hanya sebesar 100.051.
Jumlah itu terdiri dari 92.825 kuota jemaah haji reguler, 7.226 kuota jemaah haji khusus, dan 1.901 kuota untuk petugas.
Minimnya kuota membuat seleksi ketat diberlakukan, termasuk pembatas usia di bawah 65 tahun dan kondisi kesehatan jamaah.
Ujian bagi calon jamaah haji Indonesia memang luar biasa. Antrean daftar tunggu sudah di atas 20 tahun untuk haji reguler.
Kalau mau lebih cepat berangkat bisa memilih ONH plus yang berbiaya sekitar 11.000 USD sampai 22.000 USD atau sekitar Rp155,8 juta hingga Rp311,7 juta/orang, dengan masa tunggu sekitar 5-7 tahun.
Atau kalau mau “langsung” berangkat di tahun yang sama bisa menggunakan visa haji furoda yang biayanya mencapai Rp300 juta-Rp500 juta/orang.
Baca Juga: Mengenal Jemaah Haji Termuda JKG 1, Gantikan Sang Ayah yang telah Meninggal Dunia
Kematian yang Indah saat Wafat dalam Menunaikan Ibadah Haji
Meski ada kesanggupan biaya dan telah lolos semua ketentuan, namun bila Allah belum berkehendak, maka ada saja yang menyebabkan gagal berangkat.
Seperti calhaj kloter II Embarkasi Padang, Sumatra Barat yang batal berangkat tersebab belum mendapat izin berangkat haji karena berstatus CPNS.
Saya bisa membayangkan seperti apa rasa sesak di dada, di saat kuota didapat, ternyata Allah belum berkehendak.
“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” [QS Al Baqarah: 216].
View this post on Instagram
Bulan Dzulqa’dah yang sedang kita jalani saat ini adalah bulan di mana jamaah haji dari berbagai belahan dunia mulai berbondong-bondong memasuki Tanah Suci.
Tercatat dalam sejarah pada tanggal 6 atau 10 Dzulqa’dah tahun ke-10 H, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berangkat dari Madinah menuju Makkah untuk melaksanakan Haji Wada’ atau haji perpisahan.
Di padang Arafah, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berkhutbah di hadapan 90 ribu atau ada yang menyebut 114 ribu sahabat yang dikenal dengan khutbah Wada’.
Di hari itu, diturunkan ayat terakhir Alqur’an QS Al Maidah: 3,
“Hari ini Aku sempurnakan agamamu dan Aku cukupkan karunia-Ku untukmu dan Aku pilihkan Islam menjadi agamamu.”
Lamanya masa tunggu dan tingginya biaya bukan penghalang. Sebab berhaji bukan menunggu mampu, namun Allah akan memampukan mereka yang dipanggil-Nya.
Marhaban yaa Dzuyufurrahman.[ind]