JODOH itu seperti rezeki. Kepastiannya sudah tertulis sejak kita masih di dalam rahim. Tapi, siapa pun bisa memaklumi kalau jangkauannya tak mengenal batas negeri.
Dunia kian hari terasa sempit. Seperti tak ada lagi mengenal batas negeri. Yang jauh jadi terasa dekat, dan boleh jadi yang dekat jadi terasa jauh.
Tiga Hal yang Menghilangkan Batas Negara
Begitulah kini dirasakan generasi milenial yang akrab dengan dunia sosial media. Begitulah pula dengan sejumlah kebijakan negara yang membuka program pendidikan lintas negara. Dan begitulah pula dengan peluang kerja yang tak lagi disempitkan dengan batas negara.
Tiga ‘begitulah’ tadi kian mendekatkan warga dunia sebagai satu komunitas umat manusia. Terlebih lagi, sesama umat Islam.
Dan tiga ‘begitulah’ tadi: sosmed, sekolah di negeri seberang, dan bekerja di luar negeri; memberikan peluang besar terjadinya pertemuan jodoh dengan pasangan dari lintas negara.
Adaptasi yang Tidak Biasa
Berjodohan dengan pasangan dari lintas negara tentu nggak sama dengan lintas daerah. Karena lintas daerah hanya tentang budaya dan dialek bahasa, bukan tentang warna kulit dan status warga negara.
Bayangkan jika berjodohan dengan orang bule, seperti Rusia misalnya. Adaptasinya akan super susah. Bahasanya sulit dipelajari, budayanya beda jauh, dan kalau jalan berdampingan rasanya seperti seorang turis yang berjalan dengan guidenya.
Namun, seperti yang kerap digaungkan tentang perumpamaan cinta. Jika cinta sudah melekat, apa pun akan terasa coklat: lezat. Kalau sudah cinta, segalanya bisa menyesuaikan diri.
Bahasan fokus kali ini, insya Allah, akan memotret seperti apa rasanya berjodohan dengan pasangan dari lintas negara. Semoga bermanfaat. [Mh]