IDOLA itu pujaan. Dari sudut mana pun, idola akan terlihat sempurna. Karena itulah idola juga menjadi panutan.
Apa sih idola itu? Idola disebut juga sebagai pujaan. Sosok yang terlihat begitu sempurna. Bukan hanya penampilan fisik, tapi juga ide dan wawasannya.
Orang India mengidolakan Mahatma Gandhi. Segala yang diajarkan Gandhi selalu menjadi panutan buat mereka.
Ia mengajarkan perlawanan terhadap penjajah Inggris tanpa kekerasan. Meskipun terkesan naif, tapi pahamnya diikuti rakyat India.
Di Iran ada Ayatullah Khameini. Seperti halnya Gandhi di India, Khameini menjadi idola rakyat Iran. Dengan kharismanya, Iran mampu menggulingkan kekuasaan raja yang mereka anggap zalim.
Di Indonesia ada Soekarno. Di masa kemerdekaan, kharisma Bung Karno begitu memukau rakyat. Kalau ia berpidato, jutaan orang akan larut dalam orasinya yang berapi-api.
Di Malaysia ada Anwar Ibrahim. Politikus oposisi ini begitu memukau rakyat Malaysia. Kalau ia berpidato, begitu banyak anak muda yang rela menyimak berjam-jam.
Di dunia lain, ada sosok-sosok yang juga tak kalah dalam idola. Dunia seni bertebaran sosok idola. Mulai dari penyanyi, aktor, dan lainnya.
Begitu pun di dunia olah raga. Sosok Beckam, Ronaldo, Maradona, dan lainnya pernah mewarna idola pencinta sepak bola dunia.
Idola Online dan Offline
Teknologi berkembang begitu pesat. Dunia pun tidak seperti dulu yang tampak begitu luas dan jauh. Melalui media online, dunia kini menjadi begitu sempit dan dekat.
Begitu pun dalam referensi mencari sosok idola. Kini, sosok-sosok itu begitu mudah ditemui. Mulai dari idola seniman, olah ragawan, aktor, pemikir, inspirator, hingga tokoh agama.
Berbeda dengan zaman dahulu di mana ketenaran idola merambat lambat. Kini, ketenaran sosok idola menyebar secepat kilat.
Apa yang menjadi idola di belahan dunia nan jauh di sana, bisa diakses langsung tanpa jeda waktu. Dunia bisa merujuk ke sosok idola yang sama dalam waktu yang hampir sama.
Plus Minus Idola Online Offline
Ada perbedaan signifikan antara idola online dengan offline. Meski terlokalisir di dunia terbatas, idola yang dikenal melalui offline lebih genuin, orisinil.
Kalau ia sosok aktivis hebat, memang begitulah dirinya yang sebenarnya. Hal ini karena antara idola dan fans berinteraksi secara langsung. Tidak ada yang ditutupi, dan tidak ada manipulasi. Kalau pun ada, akan ketahuan karena terlihat langsung.
Tapi tidak begitu dengan idola yang berinteraksi dengan fans secara online. Sosok-sosok itu tampil dan dikenal fansnya setelah melalui ‘olahan dan kemasan’.
Mungkin saja orang ada yang ngefans dengan seorang aktor Hollywood yang terkesan baik, ramah, bijak, dan full empati. Menyimak videonya seperti sedang mengisi daya energi baru untuk berbuat baik.
Tapi, semuanya tiba-tiba buyar hanya sekejap. Hal ini karena sang idola dikabarkan tewas setelah bunuh diri di kamar mandinya sendiri. Ia ternyata juga diketahui overdosis obat-obatan terlarang.
Dunia online seperti medsos memang memberikan seribu satu manfaat. Begitu pun dalam percepatan menemukan idola.
Namun hati-hati, justru di dunia inilah, segala manipulasi dengan begitu mudah dilakukan. Alih-alih ingin mendapatkan idola. Tapi justru terjebak dalam penyesalan bersama. [Mh]