ChanelMuslim.com- Polemik tentang nama jalan di Jakarta yang diusulkan pihak Turki ternyata masih berkepanjangan. Siapa sangka usulan nama Mustafa Kemal Ataturk memperlihatkan polarisasi dua kubu di tanah air yang kian mencolok.
Awalnya pertukaran nama jalan antara Pemerintah Indonesia dengan Turki berjalan baik-baik saja. Program ini dirasa bagus untuk menjalin hubungan bilateral dua negara yang sama-sama mayoritas penduduknya beragama Islam.
Indonesia mengusulkan nama jalan untuk Turki ‘Soekarno’. Sementara Turki mengusulkan nama jalan untuk Indonesia ‘Mustafa Kemal Ataturk’. Dua tokoh masing-masing negara ini rencananya akan menjadi nama jalan di ibukota masing-masing negara: Jakarta dan Ankara.
Persoalan menjadi rumit ketika reaksi negatif muncul dari tokoh-tokoh di Indonesia, khususnya Jakarta. Pasalnya, nama yang diusulkan Turki itu sangat buruk di mata warga Indonesia, khususnya Jakarta.
Sejarah mencatat, Mustafa Kemal memiliki sisi lain yang dinilai umat Islam dunia termasuk Indonesia sebagai sosok pemimpin anti Islam di Turki. Dialah yang bukan hanya menghapus jejak Islam di Turki, tapi juga mencabut sampai ke akar-akarnya.
Dialah tokoh yang memimpin revolusi terhadap Kekhalifahan Turki Utsmani. Mustafa juga mengganti azan dari bahasa Arab ke bahasa Turki. Ia meniadakan segala macam budaya Islam, termasuk majelis-majelis taklim dan bahasa Arab, melarang busana muslimah, Mustafa juga yang mengganti Masjid Aya Sofia menjadi museum.
Pendek kata, empat abad kekhalifahan Utsmani di Turki dihapus jejaknya hanya dalam waktu belasan tahun. Kisah tangan besi Mustafa terhadap umat Islam di Turki saat itu sudah menjadi pengetahuan umum dunia.
Kalau kita ke Istanbul Turki, mungkin kita tidak akan percaya kalau 99 persen penduduknya beragama Islam. Masyarakatnya bukan hanya tidak bisa berbahasa Arab, bahasa Inggris pun awam. Busana yang dikenakan kaum wanitanya mirip seperti wanita Barat umumnya.
Baru di era Presiden Erdogan ini, muslimah Turki bisa bernafas lega, karena sudah diperbolehkan mengenakan busana muslimah. Azan pun sudah bisa dengan bahasa aslinya dan boleh dengan pengeras suara. Museum Aya Sofia sudah dikembalikan fungsinya menjadi masjid agung di Istanbul.
Tidak heran jika Bamus Betawi menyatakan keberatan jika nama tokoh anti Islam itu menjadi nama jalan di Jakarta. Mereka akan berkirim surat resmi ke KBRI di Ankara, dan mengusulkan agar nama jalannya ‘Turki Utsmani’. [Mh]