ChanelMuslim.com- Tiga belas hari konflik Rusia dan Ukraina memunculkan masalah baru. Harga minyak dunia mengalami kenaikan tertinggi. Hari ini, Rabu (9/3) sudah lebih dari 130 US dolar per barel.
Konflik Rusia Ukraina akhirnya memunculkan “perang” lain yang tidak kalah mematikan. Yaitu, “perang migas” dunia yang bisa mematikan negara-negara importir migas.
Sebut saja Eropa. Saat ini, Eropa mengimpor migas dari Rusia sebesar 60 persen dari total kebutuhan mereka. Dan saat ini, kenaikan harga minyak sudah hampir seratus persen dari pertengahan tahun lalu yang berkisar 60 sampai 70 dolar per barel.
Itu artinya, pemerintah dan rakyat di Eropa harus membayar dua kali lipat harga minyak dunia saat ini. Bayangkan jika hal itu juga dialami negara-negara ekonomi bawah yang juga mengimpor minyak.
Kondisi ketergantungan migas ke Rusia inilah yang menjawab kenapa Eropa kehilangan nyali membalas serangan Rusia di Ukraina. Karena itu artinya Eropa kehilangan pasokan migas sebesar 60 persen.
Tidak heran jika embargo migas Rusia yang dilakukan Amerika tidak disambut baik oleh Eropa. Amerika seperti “berperang” sendiri.
Sebenarnya, Amerika boleh jadi juga mengalami dilema yang sama. Tapi, impor migas Amerika dari Rusia tidak sebanyak Eropa. Hanya 8 persen. Itu pun sudah memunculkan dampak kenaikan harga BBM di Amerika hampir 10 persen.
Menariknya, Rusia membalas embargo minyak oleh Amerika dengan pernyataan yang menyentak dunia. Menurut pihak Rusia, harga minyak dunia bisa tembus 300 dolar per barel, dalam waktu dekat.
Bagaimana dengan Indonesia? Di satu sisi, Indonesia merupakan negara penghasil minyak. Diperkirakan, setiap kenaikan 1 dolar minyak dunia, akan ada penambahan kas negara sebesar 3 trilyun. Begitu pun dengan kenaikan komoditi sejenis seperti gas, sawit, dan batu bara.
Tapi di sisi lain, menurut Dr. Rizal Ramli, impor minyak dari luar negeri dikabarkan berkisar 1,2 juta barel per hari. Hal itu juga akan menambah subsidi pemerintah.
Lebih repot lagi, asumsi harga minyak dunia di APBN 2022 hanya sebesar 63 dolar per barel. Sementara saat ini, harga minyak sudah lebih dari 130 dolar.
Itu artinya, harga riil minyak dunia sudah lebih dari dua kali lipat dari harga asumsi di APBN. Hal ini akan sangat menggoyang kebijakan keuangan negara.
Diperkirakan, kenaikan penerimaan dari harga minyak yang meroket belum mengimbangi kenaikan subsidi dari sektor energi untuk kebutuhan dalam negeri.
Apa ada kaitannya dengan kelangkaan minyak goreng? Tentu sangat berkaitan. Karena minyak sawit Indonesia (CPO) yang belakangan sudah menjadi bio energi harganya juga ikut melambung tinggi.
Pihak swasta yang menjadi produsen CPO ini tentu lebih tergiur mengalihkan produknya ke bio energi itu. Kalau tidak ada aturan ketat dari pemerintah, stok CPO untuk minyak goreng akan tersedot habis.
Jadi besarkah pengaruh perang migas di konflik Rusia Ukraina bagi Indonesia? Kita lihat saja beberapa hari ke depan. Apakah harga BBM dan gas subsidi akan tetap, atau naik signifikan.
Kalau hal itu yang terjadi, imbas politiknya boleh jadi tidak boleh disepelekan. Karena kenaikan BBM akan “menghipnotis” kenaikan harga-harga produk lainnya. Padahal saat ini saja, harga-harga sembako sudah lebih dulu naik. [Mh]