ChanelMuslim.com- Bayang-bayang varian baru covid-19 bernama omicron masih menghantui Indonesia. Varian yang kabarnya berasal dari Afrika ini dikabarkan penularannya lima kali lebih cepat dari delta.
Desember ini bisa dibilang bulan paling dramatis untuk omicron. Dianggap dramatisnya karena ada dua hal yang berlangsung besamaan di bulan Desember.
Pertama, Desember menjadi momen liburan akhir tahun. Yang namanya liburan, segala kerumunan dalam jumlah besar bisa terjadi. Dan itu menjadi potensi penularan yang cepat.
Kedua, omicron kini menjadi “hantu” menakutkan di berbagai kawasan mancanegara: Afrika, Eropa, bahkan Singapura.
Nah, jika keduanya bertemu di bulan Desember, bisa dibayangkan seperti apa jadinya. Penularannya lima kali lebih cepat dari delta, dan momennya begitu “subur” di akhir Desember ini.
Namun, pendapat berbeda disampaikan dokter senior, Siti Fadilah Supari. Mantan menkes yang pernah dua kali menghadapi pandemi ini, menilai bahwa varian omicron, secara teoritis tidak berbahaya.
Hal itu disampaikan dokter ahli jantung ini dalam chanel youtubenya. Menurutnya, mungkin saja omicron memiliki penularan lebih cepat, tapi fatality atau potensi rusaknya tidak sebahaya varian awal.
Hal itulah yang menjadikan kawasan yang terserang omicron seperti di Eropa tidak mengalami kematian seperti di kasus covid awal dulu. Penularannya memang cepat, tapi kematiannya sangat rendah.
Terlebih lagi, WHO, menurutnya sudah merilis sejumlah obat yang sudah diakui efektif mengobati covid. Karena itu, masyarakat Indonesia menurutnya tidak perlu takut.
Bahkan menurut Siti Fadilah, varian omicron ini menunjukkan bahwa covid mulai menunjukkan sebagai penyakit flu biasa.
Boleh jadi, tentang larangan liburan akhir Desember sebagai langkah antisipatif pemerintah. Agar, apa yang pernah terjadi di bulan Juli lalu tidak terjadi lagi.
Apa yang disampaikan Siti Fadilah tentu akan menjadi kabar yang menenangkan untuk masyarakat. Tidak perlu terlalu takut karena justru hal inilah yang bisa memicu penurunan daya tahan tubuh.
Dan di sisi lain, larangan liburan Nataru boleh jadi akan membuat masyarakat berempati dengan kalangan yang kini banyak mengalami musibah. Mulai dari bencana alam, PHK massal, dan penurunan penghasilan.
Betapa tidak wajarnya jika di tengah kesusahan itu, ada kalangan yang berpesta pora hanya untuk mengisi liburan.
Jadi, anggap saja akhir Desember ini sebagai akhir bulan lain yang tidak perlu ada pesta dan liburan massal. Berhematlah sembari menunjukkan rasa empati untuk saudara-saudara kita yang mengalami kesusahan hidup. [Mh]