ChanelMuslim.com – Merenungi hikmah kemerdekaan merupakan hal paling penting di setiap momen hari jadinya. Hari Jumat, 17 Agustus 1945, bertepatan dengan 9 Ramadan 1364 Hijriah memaknai seribu satu hikmah yang menarik untuk terus digali.
Penentuan tanggal dan momen proklamasi itu tentu tidak asal pilih. Para tokoh perintis bangsa ini begitu cermat memilih waktu dan momen merdeka itu. Dan momen itu begitu sarat makna ketika dihubungkan dengan dua hal penting di situ: tanggal 9, Jumat, dan Ramadan.
Angka 9 menunjukkan bilangan terbesar dalam jajaran angka. Angka itu pula yang dipilih Allah subhanatu wata’ala untuk menunjukkan kebesaran-Nya. Yaitu, angka 99 yang merupakan jumlah Asmaul Husna atau nama-nama yang baik dari Allah swt.
Baca Juga: Pertemuan Malam Selama Ramadan Dilarang di UEA
Ramadan adalah Sayyidul Ayyam
Dalam Alquran, surah kesembilan adalah Surah At-Taubah. Satu-satunya surah yang tidak mengawali kalimat bismillah dalam mushaf Alquran.
Hal ini karena awal surah tersebut memberikan penegasan berlepasnya ajaran Tauhid ini dari orang-orang musyrik.
Jumat memberikan makna lain yang tidak kalah luar biasanya. Inilah yang disebut sebagai sayyidul ayyam, atau penghulu dari segala hari. Hari yang penuh keberkahan.
Hari yang paling istimewa dalam Islam. Hari Jumat Adam diciptakan, hari itu pula ia dimasukkan ke surga, hari itu pula Adam dikeluarkan dari surga, dan hari Jumat pula alam raya ini hancur dengan datangnya kiamat.
Hari yang begitu istimewa untuk sebuah momen bersejarah. Menentukan hari kemerdekaan pada Jumat menunjukkan doa bahwa bangsa ini senantiasa dalam keberkahan dari Allah.
Hari besar untuk sebuah permulaan. Dan kalau pun akan berakhir, ia menjadi akhir dalam segala urusan di alam raya ini, yaitu hari kiamat.
Begitu pun dengan bulan Ramadan. Bulan yang begitu berkah karena di bulan ini Alquran diturunkan. Sebuah pedoman suci yang bisa menyelamatkan umat manusia dari kejahatan dunia, nafsu amarah, keserakahan, dan permusuhan.
Di bulan ini pula, Allah mensyariatkan hamba-Nya untuk melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh. Sebuah ibadah yang khusus melatih fisik dan jiwa umat Islam untuk selalu berada dalam orbit hidayah Allah.
Puasa menanggalkan segala nafsu buruk umat manusia: serakah, marah, permusuhan, jorok, dan perpecahan.
Hari Kemerdekaan Sejati
Jika bagian-bagian itu digabungkan, rangkaiannya begitu luar biasa untuk sebuah momen kemerdekaan. Kemerdekaan hakiki adalah berlepasnya segala sifat rendah kemanusiaan untuk kembali kepada nilai tinggi spiritual ilahiyah. Sebuah nilai yang mengangkat derajat manusia sebagai makhluk paling mulia.
Momen itu pula menempatkan bangsa ini sebagai satu entitas yang bersungguh-sungguh untuk senantiasa dalam naungan ridha Allah swt. Dengan ridha-Nya, bangsa ini menguatkan jatidirinya untuk bisa menjadi bangsa yang meraih dua bahagia: dunia dan akhirat.
Hari kemerdekaan sejatinya menjadi pengingat agar bangsa ini tidak salah jalan. Bukan sebagai bangsa pengekor materialisme, bukan bangsa yang saling bermusuhan, bukan bangsa yang takluk dengan kekuatan adidaya fasik mana pun, dan bukan bangsa yang menuruti nafsu serakahnya.
Di momen 17 Agustus 1945 itu, dua kalimat yang beriringan menggema di seantero nusantara: merdeka, Allahu Akbar! Dua kalimat yang bukan hanya membangkitkan jiwa bangsa untuk terus bangkit, tapi juga menggentarkan musuh-musuh yang ingin kembali mengambil alih. (Mh)