MAHASISWA kembali turun ke jalan. Sejak akhir pekan lalu, sejumlah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di Jawa, Sumatera, Makasar, dan daerah lain melakukan aksi unjuk rasa. Begitu pun dengan Senin ini.
Setelah lama tidak tertangkap kamera publik, mahasiswa kembali turun ke jalan. Mereka turun berkelompok atau gabungan dari berbagai BEM di sejumlah kampus. Aksi mereka begitu fenomenal terakhir pada Jumat pekan lalu.
Senin ini pun dikabarkan mereka akan memenuhi ibu kota untuk melakukan aksi bersama. Aksi kali ini akan terpusat di Istana Merdeka atau Gedung DPR untuk menyampaikan sejumlah tuntutan kepada pemerintah pusat atau DPR.
Dalam sejarahnya, mahasiswa bisa dibilang sebagai aktor penting dalam setiap perubahan politik. Mulai dari Orla ke Orba, Orba ke Reformasi, dan dari Reformasi ke Reformasi.
Bagaikan alarm nasioanal, aksi mahasiswa seperti memberikan sinyal tersendiri untuk publik. Seperti ada sesuatu yang tidak beres. Apakah itu persoalan politik, ekonomi, hukum, dan sosial.
Kalau mahasiswa sudah kompak turun ke jalan, itu pertanda bahwa keadaan sudah sangat darurat. Dan mereka tidak bersuara atas diri sendiri. Melainkan sebagai suara rakyat yang tak terdengar.
Dari segi ide gerakan, mahasiswa sudah sangat matang menyuarakan gagasan. Mereka kaum terpelajar yang begitu dekat di dua sisi: idealisme akademis dan suara rakyat bawah. Mereka memang begitu aktif melakukan diskusi isu aktual negeri ini.
Jadi, sepertinya sangat mengada-ada jika mencari-cari atau mengotak-atik apa yang disebut “otak” di balik gerakan mahasiswa.
Tidak ada yang perlu ditakutkan dengan aksi-aksi mereka. Mereka kaum terpelajar, generasi muda yang memahami etika publik dan gerakan.
Semoga aksi mahasiswa tetap bersih. Bersih dari sisi idealisme moral yang disuarakan. Dan bersih dari cara menggulirkan aksi tanpa ada dampak yang negatif. [Mh]