ChanelMuslim.com- Terorisme itu menakutkan. Terorisme itu dibenci semua manusia. Dan tentu saja, juga dibenci Tuhan.
Islam Allah turunkan sebagai rahmat untuk semesta alam. Rahmat itu artinya cinta. Dengan kata lain, Islam merupakan ungkapan cinta Allah yang wujud dalam pergaulan umat manusia bersama lingkungannya.
Melalui rasulNya, Allah subhanahu wata’ala juga mengajarkan akhlak. Semua yang ada dalam diri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan miniatur akhlak yang diinginkan Allah subhanahu wata’ala.
Rasulullah begitu lembut. Ia tidak pernah berdusta. Tidak juga berkata kasar meski kepada orang yang menghinanya.
Nabi pernah mencari gamis pengganti manakala gamis yang biasa ia kenakan dijadikan alas tidur oleh kucingnya. Terhadap seekor kucing pun ia begitu sayang, melebihi sayang terhadap dirinya sendiri.
Dalam peperangan pun Nabi tetap menjaga akhlak. Ia mewanti-wanti pasukan untuk tidak membunuh musuh yang menyerah, atau menganiaya wanita dan anak-anak. Bahkan, terhadap hewan dan tanaman.
Dan begitu pula yang dilakukan para penerus Nabi: para Khulafaur Rasyidin, para sahabat, dan para ulama setelahnya.
Sejarah mencatat, banyak negeri yang rakyatnya dengan suka rela ingin dipimpin umat Islam daripada oleh kaumnya sendiri. Karena Islam menghormati agama lain. Islam menjunjung tinggi hak asasi manusia. Kepemimpinan Islam tidak merampas hak rakyatnya, meskipun non muslim.
Itulah wajah Islam yang asli dan tak pernah berubah hingga kini. Islam yang memuliakan umat manusia.
Kini, ada stigma yang kerap digembar-gemborkan pihak-pihak tertentu bahwa ada Islam radikal. Ada Islam teroris.
Ada yang ditangkap hanya karena mereka sebagai terduga. Bukan tersangka. Karena yang tersangka selalu sudah mati. Kecuali pelaku bom Bali yang hingga kini masih misterius bagaimana mereka membuat bom mematikan itu. Meskipun, sejumlah pakar menanti adanya rekonstruksi tentang itu.
Kalau Islam itu radikal, kalau Islam itu teroris; rasanya tak ada non muslim di bumi Indonesia ini. Tapi nyatanya, mereka hidup saling berdampingan, dan saling bergotong royong. Dan hal itu sudah berlangsung ratusan tahun.
Siapa pun yang ingin menikmati kedamaian, silahkan mampir ke Indonesia. Meskipun ada seribu satu perbedaan, termasuk agama; senyum rakyat Indonesia selalu merekah.
Jadi, jangan sakiti rakyat yang mayoritas muslim ini dengan tuduhan-tuduhan yang tanpa akal sehat. Umat Islam sudah sangat bersabar. Mereka tetap sabar menjadi bulan-bulanan di negeri sendiri.
Semoga tidak ada pihak-pihak yang ingin mengorek-ngorek batas akhir kesabaran bangsa ini. [Mh]