TAHUN baru hijriah memberikan sejumlah hikmah dan pelajaran. Saatnya umat Islam menjadi yang terbaik.
Di setiap tahun baru hijriah, ada momen untuk bermuhasabah. Yaitu, memaknai hijrah sebagai ‘lecutan’ untuk menjadi yang lebih baik.
Para sahabat radhiyallahum ajma’in menjadikan momen hijrah sebagai titik tolak pergantian tahun baru Islam. Sejumlah hikmah bisa ditelisik sebagai berikut:
Satu, hikmah hijrah menunjukkan universalitas Islam.
Hijrah dari Mekah ke Madinah menunjukkan bahwa Islam bukan terbatas di sebuah wilayah tertentu. Islam tidak punya negara. Tidak juga milik etnis dan bangsa tertentu. Islam dirancang untuk umat manusia.
Tidak heran jika para sahabat, tabi’in, dan tabiut tabi’in mendakwahkan Islam untuk siapa saja. Mereka hijrah dari satu wilayah ke wilayah lain. Yaitu, wilayah baru yang membutuhkan pengajaran tentang Islam.
Begitu pun dengan kekhalifahan Islam dari satu dinasti ke dinasti yang lain. Mereka tidak mengkhususkan satu wilayah sebagai pusat pemerintahan. Tapi berubah-ubah mengikuti tuntutan dakwah di zamannya.
Misalnya, Kekhalifahan Umayyah di Suriah, disusul kemudian Abasiyah yang berpusat di Irak. Dan terakhir, Kekhalifahan Utsmaniyah di Turki saat ini.
Bisa dikatakan, buah dari kerja keras dakwah mereka, Islam tersebar ke seluruh pelosok dunia. Tak mengenal kekhususan bangsa, ras, dan warna kulit. Tapi seluruh umat manusia.
Dan saat ini, Islam menjadi ‘pelabuhan akhir’ untuk pencarian spiritual warga non muslim di seluruh belahan dunia. Tidak heran jika Islam menjadi agama terbesar di dunia.
Kedua, Hijrah menunjukkan Islam sebagai agama damai.
Islam secara bahasa adalah kedamaian. Siapa pun yang berada dalam Islam akan merasakan kedamaian. Dan mereka yang meneropong Islam dari luar juga memahami bahwa Islam simbol sebuah perdamaian umat manusia.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan (sebagai) rahmat untuk seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107)
Rahmat maknanya kasih sayang. Yaitu, ungkapan kasih sayang Allah subhanahu wata’ala untuk umat manusia.
Allah subhanahu wata’ala tidak membiarkan umat manusia buta tanpa agama yang benar. Tapi, sudah disediakan Islam agar mereka hidup dengan damai dan bahagia.
Hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah solusi, bukan problem itu sendiri. Mendakwahkan Islam sebagai solusi adalah bentuk lain dari menjelaskan kepada umat manusia bahwa Islam adalah rahmat dari Allah subhanahu wata’ala.
Tiga, hanya Islam yang bisa menyatukan umat manusia.
Episode pertama dalam peristiwa hijrah di Madinah adalah bersatunya seluruh kalangan di Madinah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mempersaudarakan seluruh umat Islam di sana, seperti saudara kandung.
Di Eropa dan Amerika, Islam begitu pesat berkembang karena persaudaraan ini. Hanya Islam yang rumah ibadahnya tidak tersekat dalam satu ras dan kelompok etnis tertentu.
Para mualaf di Amerika dan Eropa begitu takjub saat mereka masuk masjid. Di situ, tak ada perbedaan satu ras, etnis, bangsa tertentu. Semua bernilai sama sebagai mukmin yang bersaudara.
Nilai persaudaraan dan persatuan inilah yang juga menjadi acuan nilai hijrah. Jangan lagi ada ‘keangkuhan’ kelompok tertentu terhadap yang lain. Islam harus menjadi ‘ibu’ untuk seluruh kelompok umat manusia. [Mh]