CIANJUR mengalami musibah gempa M 5,6 pada Senin (21/11) jam 13.24 WIB. Dilaporkan sedikitnya 162 orang tewas, ratusan lainnya luka-luka. Ribuan rumah rusak berat.
Boleh jadi, data korban itu akan terus bertambah. Hal ini karena sejumlah kawasan masih belum bisa dijangkau karena banyaknya reruntuhan bangunan dan jalan yang longsor.
Gempa berskala menengah mengguncang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur menetapkan situasi tanggap darurat.
Sebagian besar korban dilaporkan adalah anak-anak. Menurut Menteri PMK, Muhadjir Effendi, karena pada saat itu anak-anak sedang berada di madrasah diniyah atau sedang mengaji di masjid-masjid.
Keadaan tersebut menjadikan mereka rentan tertimpa reruntuhan bangunan yang hancur saat gempa. Begitu pun dengan korban para ibu yang sedang berada dalam bangunan rumah.
Pusat gempa berada di darat, sebelah barat Kabupaten Cianjur. Jika ditelusuri melalui google map, lokasinya berada di sekitar sebelah tenggara kaki gunung Gede Pangrango. Pusat gempa ada di kedalaman 10 km.
Hal lain yang menjadikan begitu banyak korban, karena Cianjur merupakan daerah perbukitan. Kawasan ini sangat rentan dengan musibah longsor. Dan juga dilaporkan ada satu kampung yang tertimbun longsor pasca gempa tersebut.
Di satu sisi, ini sebuah berita duka untuk saudara-saudara kita di Cianjur dan sekitarnya. Tapi di sisi lain, ini momen bangsa ini untuk bahu membahu meringankan beban korban.
Yaitu, dengan bersegera memberikan bantuan apa pun yang bisa dilakukan. Mulai dari tenaga medis, healing pasca trauma, obat-obatan, makanan dan minuman, dan tentu saja biaya untuk membangun kembali permukiman yang roboh.
Inilah kekhasan bangsa ini yang mungkin jarang terjadi di negeri lain. Yaitu, gerakan civil society yang secara sukarela memberikan bantuan apa pun yang bisa dilakukan.
Cianjur sedang dirundung duka. Saatnya untuk membuktikan bahwa kita bersama mereka. [Mh]