INDIA lagi-lagi memperlihatkan kebenciannya terhadap Islam. Kini yang dibidik bukan lagi jilbab, tapi Nabi Muhammad dan Al-Qur’an.
Partai penguasa di India kian menunjukkan kebenciannya terhadap Islam. Setelah sebelumnya menerapkan aturan larangan berjilbab, kini dua jubir partai itu menghina Nabi Muhammad dan kitab suci Al-Qur’an.
Siapa pun akan bertanya-tanya secara rasional: adakah manfaat dari hinaan tersebut untuk partai itu dan India secara umum?
Bukankah hinaan terhadap sesuatu terlebih lagi sebuah agama besar di dunia ini, tidak akan merendahkan agama tersebut. Sebaliknya, kehinaan akan berbalik kepada si pelaku.
Yang jelas, reaksi keras muncul dari dalam dan luar negeri. Di dalam negeri terjadi sejumlah kerusuhan di berbagai daerah di India. Dan ini tentu sangat merugikan India sebagai negara dan bangsa.
Bagaimana mungkin sebuah negara secara efektif melakukan konsolidasi pembangunan dan kemakmuran jika rakyat dan negaranya saling bermusuhan.
Dari luar negeri, sejumlah negara muslim, mulai dari Timur Tengah termasuk Indonesia menyatakan protes keras terhadap penghinaan yang diucapkan secara resmi oleh partai penguasa.
Negara-negara tersebut seperti Arab Saudi, Qatar, Kuwait, Iran, menyatakan akan memberikan sanksi secara ekonomi terhadap India. Antara lain boikot terhadap produk-produknya.
Sekali lagi, tidak ada untungnya melakukan penghinaan terhadap agama. Terlebih lagi dilakukan secara resmi oleh penguasa negara.
Ajaran-ajaran yang berlaku dalam sebuah agama sepatutnya dihormati sebagai urusan internal agama tersebut. Dan negara justru menjadi penengah dan penyelaras keragaman warganya.
Bukan malah negara menjadi provokator perseteruan antar umat beragama, seperti yang kini terjadi di India. [Mh]