Ada sebuah hadis yang menjelaskan tentang tanda kiamat, banyak orang-orang yang ingin mati. Hadis tersebut diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam shahih-nya (7115), Muslim (157), Ahmad (2/530), Malik (1/239), Ibnu Hibban (6707).
Baca Juga: Tanda Kiamat: Maraknya Perdagangan dan Hilangnya Persatuan Umat
Hadis tentang Tanda Kiamat, Banyak Orang Ingin Mati
حَدَثَنَا إِس ْمَاعِيلُ ، حَدَثَنِ ي مَالِكٌ ، عَن ْ أَبِ ي الزّنَادِ ، عَنِ ال َْع ْرَجِ ، عَن ْ أَبِ ي هُرَي ْرَ ةَ ، عَنِ النَعبِ يّ صَلَى اللَهُ عَلَي ْهِ وَسَلَمَ ، قَالَ : “ لَ تَقُو مُ السَاعَةُ حَتَى ”ميَُرَ الرَجُلُ بِقَعب ْرِ الرَجُلِ ، فَيَقُولُ : يَا لَي ْتَنِ ي مَكَانَهُ
Ismail menuturkan kepadaku, Malik menuturkan kepadaku, dari Abu Zinad, dari Al A’raj, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, beliau bersabda: “Tidaklah terjadi kiamat hingga ketika seseorang melewati kuburan orang lain ia akan berkata: ‘duh seandainya saya berada di tempatnya’.”
Dikutip dari e-book yang ditulis oleh Ustaz Yulian Purnama berjudul “Begini Maksudnya: Penjelasan 45 Hadis yang Banyak Disalahpahami”, dijelaskan bahwa derajat hadits tersebut shahih tanpa keraguan, semua perawinya tsiqah, diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim.
Hadits ini menunjukkan bahwa tidak terjadi kiamat hingga banyak orang yang menginginkan kematian. Alim-laf pada yang istighraqiyyah lam-alif adalah ميَُططرَ الططرَجُططلُ بِططقَعب ْرِ الططرَجُططلِ kalimat menunjukkan keumuman. Pada waktu itu umumnya orang-orang terbesit keinginan untuk mati.
Hadits ini juga menjukkan betapa dahsyatnya cobaan di akhir zaman sampai-sampai orang-orang lebih mengidamkan mati daripada hidup merasakan beratnya cobaan.
Keinginan untuk mati yang dimaksud dalam hadits ini adalah ingin mati karena berat dan pedihnya cobaan terkait perkara duniawi ketika itu.
Bukan menginginkan mati karena khawatir agamanya rusak atau karena rindu ingin bertemu dengan Allah. Hal ini ditunjukkan oleh ziyadat (tambahan) pada riwayat lain dari hadits ini. Dalam riwayat Ahmad,
ل تَقُو مُ السَاعَةُ حتى ميَُرَ الرجلُ بِقعبرِ الرجلِ ، فيقولُ : يا لَي ْتَنِ ي مكانَهُ ، ما بهِ حُبّ لِقَاءِ الِ عزَ وجلَ
“Tidaklah terjadi kiamat hingga ketika seseorang melewati kuburan orang lain ia akan berkata: ‘duh seandainya saya berada di tempatnya’. ia mengatakan demikian bukan karena rindu ingin bertemu dengan Allah ‘Azza Wa Jalla.”
Dalam riwayat Muslim
والَذي نفس ي بيدِهِ ل تذهَبُ الدّنيا حتَى ميرَ الرَجلُ علَى القعبرِ فيتمرَُ عليهِ ويقولُ يا ليتَن ي كنتُ مَكانَ صاحبِ هذا القعبرِ . وليسَ بهِ الدّينُ إلَا العبلءُ
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangannya, tidaklah hancur dunia hingghingga ketika seseorang melewati kuburan ia pun meratap dan berkata: ‘duh seandainya saya berada di tempatnya penghuni kubur ini’. ia mengatakan demikian bukan karena agama, melainkan karena beratnya cobaan.”
Dalam riwayat Ath Thabarani,
“…seseorang itu berkata: ‘duh seandainya saya berada di tempatnya’. ia mengatakan demikian bukan karena rindu ingin bertemu dengan Allah, bukan juga karena telah mengamalkan amalan shalih, namun karena ia merasakan pedihnya cobaan.”
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah menjelaskan: “Makna hadits ini, orang tersebut menginginkan mati bukan karena agama dan bukan karena ingin mendekatkan diri kepada Allah dan karena rindu kepada-Nya.
Ia mengatakan demikian karena merasakan cobaan dan ujian yang berat dalam perkara dunia” (As Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, 2/121)
Hadits ini juga menunjukkan bolehnya menginginkan mati, jika karena perkara agama, yaitu karena khawatir agamanya rusak, atau telah mengamalkan amalan shalih lalu khawatir tidak istiqamah sehingga batal pahala amalannya tersebut, atau karena cinta dan rindu ingin bertemu dengan Allah.
Syaikh Al Albani menyatakan: “Dalam hadits ini juga ada isyarat bolehnya menginginkan mati karena agama. dan tidak bertentangan dengan hadits:
ل يَتمنَنيَ أحدُكمُ الو تَ مِن ضُرّ أصابَهُ
“Janganlah salah seorang dari kalian menginginkan mati karena suatu bahaya yang menimpanya…”. (HR. Al Bukhari no.5671)
Karena hadits ini khusus tentang menginginkan mati terkait perkara duniawi sebagaimana zhahir-nya.” (As Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, 2/121)
Baca Juga: Heboh Salju Turun di Arab Saudi, Tanda Kiamat Kian Dekat
Menginginkan Mati Karena Perkara Agama
Bolehnya menginginkan mati karena perkara agama, juga ditunjukkan oleh hadits larangan menginginkan mati itu sendiri. Karena di dalamnya terdapat doa kepada Allah agar mematikan orang yang berdoa jika itu baik bagi keselamatan agamanya.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ل يَتمنَنيَ أحدُكمُ الو تَ مِن ضُرّ أصابَهُ ، فإن كانَ ل بدَ فاعِلً ، فليقُل ْ اللَهُمَ أحيِن ي ما كانتِ اليا ةُ خَيرًا ل ي ، وتوفَن ي إذا كانتِ الوفا ةُ خَيرًا ل
“Janganlah kalian menginginkan mati karena suatu bahaya yang menimpanya. Jika memang ia benar-benar ingin melakukannya, maka katakanlah: ‘Ya Allah hidupkan aku jika memang hidup itu lebih baik untukku. dan matikanlah aku jika memang mati itu baik untukku’.” (HR. Al Bukhari no.5671)
Menginginkan mati karena perkara agama adalah hal yang dilakukan sejumlah ulama salaf. Ibnu Hajar Al Asqalani berkata:
“Pendapat bolehnya menginginkan mati jika khawatir akan rusaknya agama dikuatkan oleh sejumlah salaf. An Nawawi rahimahullah berkata: ‘hal tersebut sama sekali tidak dibenci, bahkan melakukannya termasuk mencontoh akhlak para salaf, diantaranya Umar bin Khathab..’.” (Dinukil dari As Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, 2/121)
Hadits ini juga menunjukkan tercelanya menginginkan mati karena perkara dunia atau terkait cobaan yang bersifat duniawi.
Semisal karena sakit, karena kurangnya harta, kurangnya makanan, karena wanita, karena masalah keluarga, karena sulitnya mencari pekerjaan, dan semisalnya. Adapun rindu ingin bertemu Allah ini adalah ciri hamba yang dicintai Allah.
Sebagaimana dalam hadits shahih, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
من أحب لقاء ال أحب ال لقاءه ومن كره لقاء ال كره ال لقاءه
“Barangsiapa yang senang berjumpa dengan Allah, Allah pun senang berjumpa dengannya. Barangsiapa yang tidak suka bertemu dengan Allah, maka Allah pun tidak suka bertemu dengannya.” (HR. Bukhari no. 6142). Wallahu a’lam. [Cms]
Sumber: E-book Begini Maksudnya: Penjelasan 45 Hadits yang Banyak Disalahpahami karya Ustaz Yulian Purnama