ChanelMuslim.com – Banyak situs hoax atau berita bohong saat pemilihan presiden Amerika Serikat lalu berasal dari Veles, satu kota kecil di Macedonia.
Dari Veles inilah para remaja menulis berita-berita sensasional, yang tak jelas kebenarannya, kemudian disebar melalui Facebook dan situs-situs lain, yang akhirnya mendatangkan puluhan ribu euro per bulan dari iklan.
“Warga di Amerika sangat senang dengan berita-berita (bohong) yang kami buat dan kami mendapat keuntungan finansial dari berita-berita ini,” kata Goran, seorang mahasiswa di Veles kepada wartawan BBC Emma Jean Kirby, di satu kafe di Veles.
Ia mengaku berusia 19 tahun tapi dari penampakannya, ia terlihat sangat belia. Di pergelangan tangannya terlihat jam tangan yang cukup mewah.
“Mereka tak peduli (kalau) berita yang mereka baca akurat atau bohong,” kata Goran.
Goran -bukan nama sebenarnya- mewakili satu dari puluhan bahkan ratusan remaja di Macedonia yang menangguk keutungan besar dari hoax yang sebagian besar pro-Donald Trump pada pilpres AS.
Dari pembicaraan di kafe ini, Goran ‘membuka rahasia’ bagaimana ia dan rekan-rekannya membuat dan menyebar berita bohong.
Biasanya Goran dan rekannya menerbitkan berita-berita sensasional atau bombastis yang bahannya diambil dari situs-situs sayap kanan di Amerika yang sangat mendukung Trump.
Satu berita berisi gabungan paragraf dari beberapa artikel dan diberi judul yang sensasional. Goran kemudian membayar Facebook untuk membagikan berita ini ke para pengguna media sosial di Amerika yang ketika itu haus dengan berita-berita Trump dan pesaingnya dari Demokrat, Hillary Clinton.
Ia mendapatkan uang dari klik dan share berita yang ia buat.
Goran mengaku belum lama membuat hoax dan hanya menerima 1.800 euro per bulan tapi rekan-rekannya bisa meraup ribuan euro per hari. Ditanya apakah ia tak khawatir berita palsu yang ia buat mengecoh atau membohongi pemilih di Amerika, Goran sepertinya tak terlalu khawatir.
“Para remaja di kota kami tak peduli dengan pilihan warga Amerika. Yang kami pikirkan di sini adalah bagaimana mendapatkan uang dan membeli pakaian-pakaian mahal,” kata Goran.
Dampak panen emas digital jelas terlihat di Veles. Data menunjukkan gaji rata-rata warga di sini sekitar 350 euro per bulan atau sekitar Rp5 juta. Sejak aktivitas ‘produksi hoax’ meningkat, sejumlah warga membeli mobil baru sementara kafe dan restoran makin ramai pengunjung.
Dulu, ketika masih menjadi bagian Yugoslavia, Veles biasanya disebut Tito Veles, nama yang mengacu ke presiden saat ini Josip Tito. Kini warga di sini -dengan setengah bercanda- mengatakan bahwa lebih tepat kota ini diberi nama Trump Veles.