ChanelMuslim.com – Setelah Presiden Joko Widodo membagikan buku tabungan untuk renovasi rumah warga Lombok senilai 50 juta untuk yang rusak berat, pada 1 September 2018, sebelum ajang penutupan Asian Games yang megah itu.
Chanelmuslim.com mencari tahu sampai di mana uang tersebut diterima oleh masyarakat. Benarkah sesuai pernyataan Presiden Joko Widodo warga Lombok akan senang dengan hanya memegang buku tabungan. Faktanya, Kepala Dusun Medas, Lombok Timur, Saiful Nuryadi mengatakan bahwa warganya mengeluh karena dana tersebut tidak bisa dicairkan
"Itukan hanya baru buku tabungan saja, tidak ada kartu ATM-nya,"katanya, Selasa (18/9/2018).
Menurutnya buku tabungan tersebut tidak bisa dicairkan di Bank.
"Kami belum mengetahui teknisnya bagaimana mencairkannnya.Karena dari pihak Bank bilang tidak bisa dicairkan menunggu keputusan dari pemerintah,"tambahnya.
Hanya saja, kata Kadus Saiful, masih pendataan di warganya.
"Ini kemarin baru pendataan lagi. Di dusun saya ada 88 rumah. Rata-rata rusak berat semua,"katanya mengeluh.
Bank Menunggu BPPD
Untuk mengonfirmasi kebenaran terkait pernyataan Kadus Saiful, chanelmuslim.com menghubungi Bank Rakyat Indonesia Cabang Selong. Menurut Ratna, layanan pelanggan BRI Cabang Selong masih menunggu dari BPPD.
"Ini sudah saya konfirmasikan dari supervisor kami masih menunggu dari BPPD (Badan Pengelola Pendapatan Daerah) untuk dicairkan.
Ketika chanelmuslim bertanya sampai kapan bisa dicairkan. Pihak BRI Cabang Selong belum bisa memberikan pernyataan terkait pencairan dana renovasi rumah yang diberikan Presiden Joko Widodo kepada warga Lombok.
"Kami belum bisa memberitahu kapan waktunya karena masih menunggu BPPD,"Katanya.
Rumah Anti Gempa Kementerian PUPR
Rumah anti gempa Kementerian PUPR sebetulnya adalah inovasi pembuatan rumah anti gempa yang dinamakan Rumah instan sederhana sehat (RISHA). Rencananya RISHA akan dibangun di Lombok dengan menggunakan uang tabungan renovasi rumah yang diberikan oleh Preisden Joko Widodo.
RISHA sebetulnya pernah dibangun di Aceh dan Nias pasca bencana tsunami. Kini Kementerian PUPR mencoba untuk membuat kembali RISHA di Lombok. Rumah tersebut akan dibangun di berbagai tempat di Lombok yang mengalami rumahnya rusak berat hingga ringan.
Menurut Kepala Dusun Medas, Lombok Timur, Saiful Nuryadi untuk membuat RISHA butuh biaya 38 juta.
"Sampai berdiri dan ada atap mencapai 38 juta,"katanya.
Sisanya dua belas juta, kata, Kadus Saiful, untuk membeli kayu untuk pagar.
Namun, ia masih bingung bagaimana kelanjutannya. Apakah semuanya dibuat dengan RISHA atau tidak.
"Masalahnya banyak yang tidak setuju untuk dibuat RISHA. Karena ada yang mau dan tidak,"katanya.
Untuk RISHA, kata Kadus Saiful, warga yang ingin mendirikan harus diukur. Apabila tidak ada tanahnya makanya akan dialokasikan untuk didirikan rumah di tempat lain.
"Ada yang di bekas gempa dan ada yang tidak,"katanya.
Menurutnya ukuran rumah RISHA dengan ukuran 6×6 are atau setara 60×60 meter. Sayangnya, dana lima puluh juta yang diberikan pemerintah menurutnya tidak cukup.
"Tidak cukup sebetulnya dana yang diberikan oleh pemerintah. Saya saja buat rumah 9×6 are aja habis 150 juta,"tambahnya.
Ia berharap pemerintah menambah dana renovasi rumah gempa. Ia membandingkan rumah yang dibuat lembaga sosial yang sudah jadi.
"Di dusun seberang saja sudah jadi rumah. Di sini masih menunggu dari pemerintah dan besarnya rumah yang dibuat. Apalagi pihak Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia (PUPR) meminta untuk gotong royong warga Dusun Medas,"katanya.
Namun, kami sebetulnya ingin terima beres. Jika ingin gotong royong, kata Kadus Medas ini, meminta untuk beritahu secepatnya agar kami bisa bersiap.
"Apalagi kami masih belum ada kejelasan, kapan bisa mengambil uang di Bank,"pungkasnya. (Ilham)