• Tentang Kami
  • Iklan
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
Selasa, 13 Mei, 2025
No Result
View All Result
FOKUS+
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
Home Berita

Wahai Ibu, Seperti Inilah Anak-anak Suriah Tidur dalam Pengungsian (2)

Desember 18, 2015
in Berita
69
SHARES
532
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegram
Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM
ADVERTISEMENT

Badan urusan pengungsi PBB, UNHCR, baru-baru ini merilis foto-foto tentang anak-anak Suriah yang mengungsi di berbagai negara. Dibantu seorang fotografi profesional, Magnus Wennman, UNHCR menceritakan kepada dunia bagaimana generasi muda muslim ini tertidur.

Syam, 1 tahun.

Horgos, Serbia. Pada posisi paling depan, di tepian jalan dekat pagar perbatasan Serbia dan Hungaria yang tingginya 4 meter, Syam terkulai pulas di lengan ibunya. Persis di belakang tempat Syam dan ibunya berada, tanah eropa yang mereka tuju dengan penuh keputusasaan menghampar.

Sehari sebelumnya, saat Syam dan ibunya masih dalam perjalanan, rombongan pengungsi terakhir telah diterima masuk untuk diterbangkan menuju Austria. Tapi Syam dan rombongan ibunya datang terlambat. Mereka dan ribuan pengungsi lain menunggu di luar pintu perbatasan Hungaria yang telah ditutup. Entah sampai kapan Syams dan ibunya akan diizinkan lewat.

Abdullah, 5 tahun.

Belgrad, Serbia. Abdullah tengah menderita penyakit pada darahnya. Sejak dua hari, dia tertidur di luar sebuah stasiun di Belgrade. Abdullah pernah menyaksikan bagaimana saudara perempuannya dibunuh di kampungnya di Daraa.

“Dia masih shok dan selalu mimpi buruk tiap malam,”  ucap ibunya.

Abdullah merasa begitu letih dan mengalami sakit. Tapi, ibunya tak punya sepeser uang untuk membelikan obat buat putera kesayangannya.

Ahmed, 6 tahun.

Horgos, Serbia. Hampir tengah malam ketika Ahmad baru bisa tertidur di hamparan rumput. Para orang dewasa masih berkumpul dan mendiskusikan rencana untuk bisa melewati perbatasan Hungaria tanpa harus melalui jalur resmi yang telah ditutup.

Walau usianya masih 6 tahun, Ahmed membawa sendiri ranselnya sepanjang jalan yang begitu jauh dengan berjalan kaki.

“Dia anak pemberani. Dia hanya menangis di sore hari,” ucap paman Ahmed yang saat ini merawatnya setelah ayah Ahmed terbunuh di kampungnya di Daruz Zur, sebuah daerah di Suriah bagian utara.

Gulistan, 6 tahun.

Suruc. Ada perbedaan antara menutup mata dengan tidur. Hal itulah yang kini diketahui oleh gadis 6 tahun, Gulistan. Dia lebih memilih menutup mata sebagai tindakan pura-pura tidur. Hal ini karena Gulistan takut dengan mimpi buruk saat ia tertidur.

“Aku tidak mau tidur di sini. Aku ingin pulang,” ucap Gulistan.

Gulistan kehilangan bantal kesayangannya sejak ia meninggalkan kampung halamannya di Kobane, Suriah. Sesekali, gadis malang ini mencoba mengelabui ibunya dengan menutup wajahnya dengan bantal.

Tamam, 5 tahun.

Azraq. Tamam sangat takut dengan bantalnya. Tiap malam, ia selalu menangis saat akan tidur. Bayangan bagaimana jet tempur membombardir kampungnya di Homs kerap menghantuinya saat malam.

Walaupun, sudah 2 tahun ini ia akan tidur di tempat yang jauh dari rumahnya, tetap saja, ia masih menyadari kalau bukan bantalnya yang menjadi sumber ketakutannya.

Walaa, 5 tahun

Darul Ias, Walaa ingin sekali pulang. Di rumahnya, gadis kecil ini punya kamar sendiri. Dengan begitu, ia tidak pernah menangis saat akan tidur.

Di sini, di pos pengungsian, Walaa selalu menangis tiap malam. Merebahkan kepalanya di bantal merupakan suatu yang menakutkan bagi Walaa. Karena saat itulah serangan bom akan datang.

Ibu Walaa selalu membuatkan mainan rumah-rumahan kecil untuk diletakkan dekat bantal Walaa. Ibunya ingin mengajarkan Walaa agar tidak takut dengan apa pun.

Fara, 2 tahun.

Azraq. Fara sangat suka bola. Ayah gadis cilik ini mencoba membuatkan bola untuk Fara dengan meremas benda apa saja yang bisa dibentuk seperti bola. Tapi, benda yang cocok itu belum juga ditemukan sepanjang perjalanan.

Tiap malam, ayah Fara menenangkan puterinya dan kakak perempuannya, Tisam, 9 tahun. Sang ayah kerap memberikan harapan agar suatu saat nanti, ia bisa memberikan mereka bola yang bagus. Walaupun, harapan itu teramat sulit diwujudkan. Sang ayah hanya ingin selalu menyegarkan semangat anak-anaknya untuk tidak berhenti dari berharap. Mh

Previous Post

Polda Metro Jaya Dalami Laporan Tindak Pidana Perzinahan

Next Post

Akhirnya, Pemerintah Melarang Ojek dan Angkutan Online

Next Post

Akhirnya, Pemerintah Melarang Ojek dan Angkutan Online

Ini Surat Larangan Menhub Terkait Beroperasinya Go-Jek dkk

Cinta di Ujung Sajadah

Cinta di Ujung Sajadah

.:: TERPOPULER

Chanelmuslim.com

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga

Navigate Site

  • IKLAN
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • REDAKSI
  • LOWONGAN KERJA

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga