ChanelMuslim.com – Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa ini mengatakan pbahwa dia yakin Arab Saudi akan mengikuti Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) dalam sepenuhnya normalisasi hubungan dengan Israel.
Trump mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa Kerajaan Saudi termasuk di antara beberapa negara yang dia yakini berada di ambang pembukaan hubungan diplomatik dengan Tel Aviv, mengatakan bahwa setelah berbicara dengan Raja Salman, dia pikir negara itu akan melakukannya pada waktu yang tepat.
"Kami memiliki banyak negara lain yang akan bergabung dengan kami, dan mereka akan segera bergabung dengan kami," kata Trump hanya beberapa jam setelah Bahrain dan UEA secara resmi menandatangani dokumen yang menormalisasi hubungan dengan Israel.
Presiden selanjutnya meningkatkan jumlah negara yang menurutnya hampir mengikuti langkah-langkah kedua negara Teluk Arab itu "cukup cepat" setelah mengatakan Selasa pagi bahwa jumlahnya lima atau enam.
"Kami akan memiliki 7 atau 8 atau 9. Kami akan memiliki banyak negara lain yang bergabung dengan kami, termasuk yang besar," katanya.
Selama upacara penandatanganan resmi hari Selasa, Trump mengatakan perjanjian itu akan mengakhiri dekade perpecahan dan konflik di kawasan itu dan mengantarkan fajar Timur Tengah baru.
"Berkat keberanian para pemimpin dari ketiga negara ini, kami mengambil langkah besar menuju masa depan di mana orang-orang dari semua agama dan latar belakang hidup bersama dalam damai dan kemakmuran," kata Trump, berbicara kepada ratusan tamu yang berkumpul untuk acara tersebut di Halaman Selatan Gedung Putih.
Bahrain menjadi negara Arab keempat yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel Jumat lalu setelah Mesir pada 1979, Yordania pada 1994, dan UEA pada Agustus.
Selain perjanjian bilateral yang ditandatangani antara Israel dan negara-negara Arab, ketiganya dan AS menandatangani pakta bersama yang disebut Trump dan pemerintahannya sebagai "Abraham Accords."[ah/anadolu]
Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif bin Rashid Alzayani menggambarkan perjanjian itu sebagai "langkah pertama yang penting" untuk membangun perdamaian yang lebih besar di kawasan itu.
"Sekarang adalah kewajiban kita untuk bekerja secara mendesak dan aktif untuk mewujudkan perdamaian dan keamanan abadi yang layak diterima rakyat kita. Solusi dua negara yang adil, komprehensif dan abadi untuk konflik Palestina-Israel akan menjadi fondasi, landasan perdamaian semacam itu. ," dia berkata.
Kesepakatan normalisasi telah menuai kecaman luas dari warga Palestina yang mengatakan kesepakatan tersebut tidak melayani kepentingan Palestina dan mengabaikan hak-hak mereka.
Otoritas Palestina mengatakan setiap kesepakatan dengan Israel harus didasarkan pada Inisiatif Perdamaian Arab tahun 2002 dengan prinsip "tanah untuk perdamaian" dan bukan "perdamaian untuk perdamaian" seperti yang dipertahankan Israel.