ChanelMuslim.com – Fenomena pernikahan “paruh waktu” telah memicu kontroversi luas di Mesir dalam beberapa pekan terakhir dengan badan penasehat Islam negara itu mempertimbangkan untuk mengkonfirmasi apakah pernikahan seperti itu sah atau tidak.
Baca juga: Istri Paruh Waktu
Dar Al Iftaa Mesir, sebuah badan penasehat, peradilan dan pemerintah Islam Mesir yang didirikan untuk mengkonfirmasi fatwa atau aturan agama, memperingatkan agar tidak melabel ulang kontrak pernikahan karena cinta untuk penampilan dan ketenaran serta nilai-nilai yang tidak stabil.
“We should not be drawn behind the calls for modern terminology in marriage which has increased in recent times wherein lies a love of showing off and fame and destabilization of values, which creates confusion in society and negatively affects the meaning of stability and cohesion of the family that our religion seeks and the state has nurtured through laws,”
“Kita tidak boleh ditarik ke belakang panggilan untuk terminologi modern dalam pernikahan yang telah meningkat akhir-akhir ini dimana terletak pamer cinta dan ketenaran dan destabilisasi nilai, yang menciptakan kebingungan dalam masyarakat dan secara negatif mempengaruhi makna stabilitas dan kohesi dari keluarga yang dicari agama kitai dan negara telah memelihara hal trsebut melalui undang-undang,” cuit Dar Al-Iftaa dalam postingan di akun Twitter resminya.
Tren mulai meningkat di kalangan orang Mesir setelah Dr. Ahmed Karima, seorang Profesor Perbandingan Yurisprudensi di Universitas al-Azhar, menjadi viral setelah muncul di sebuah acara bincang-bincang untuk menyetujui model pernikahan paruh waktu.
Karima telah mengatakan kepada sebuah program televisi sebelumnya bahwa di bawah hukum Syariah, syarat untuk menikah adalah dua pasangan yang setuju, kehadiran saksi dan mahar yang disediakan.
“Setelah syarat-syarat ini terpenuhi, pernikahan menjadi sah, dan memerlukan hak, termasuk warisan bersama, hidup bersama, dan kesenangan dengan cara yang sah,” katanya, mendorong orang untuk mengambil kata-katanya sebagai dukungan untuk pernikahan paruh waktu.[ah/alarabiya]