ChanelMuslim.com – Perang Suriah tak hanya membantai banyak orang tak berdosa, namun juga membuat banyak orang kehilangan tempat tinggal. Tambah lagi, situs bersejarah juga dihancurkan tanpa ampun.
Banyaknya warga Suriah yang meninggalkan kampung halaman untuk bermigrasi ke negeri seberang, sebagaimana dikabarkan CBS Kanada, berdampak pada kelestarian tradisi kuliner setempat.
Aleppo, salah satu kota tertua di Suriah, memiliki tradisi kuliner yang mengakar. Lada Aleppo sudah dikenal selama dua ribu tahun, mengingat kota ini sempat menjadi pemberhentian Jalur Sutra.
Menurut Philippe de Vienne, importir sekaligus pemilik toko rempah-rempah Épices de Cru di Montreal, Kanada, lada Aleppo masih dikenal sebagian belahan dunia, dua dekade belakangan ini.
Philippe sempat rutin mengimpor lada manis-pedas Aleppo dari Suriah. Cita rasa dan aromanya menyerupai perpaduan buah kering dan cabai. Tak heran bila lada Aleppo menjadi favorit masakan dunia.
Sayangnya, menurut Philippe, sebagian orang Suriah yang selama ini melakukan jual beli lada dengannya kini menjadi pengungsi, sementara sebagian lainnya tak kedengaran lagi kabarnya.
“Lada Aleppo masih tersedia, tapi bukan dari Suriah, melainkan Turki,” kata Philippe, dikutip CBS Kanada. Ia pun menyayangkan rempah-rempah lain Suriah yang turut punah akibat perang.
Pada masa lalu, Philippe sempat membeli tanaman liar berkhasiat macam za’atar, juga tanamanan berkhasiat lain khas Timur Tengah yang tumbuh subur di perbukitan Suriah nan kering dan gersang.
“Butuh satu hingga dua tahun bagi kami untuk mencari sampai akhirnya bisa mendapatkan lada [Aleppo] dari orang-orang di Turki yang kami tahu memang memproduksinya,” kata Philippe.
“Lain lagi cerita tentang jintan,” katanya. “Iklim dan tanah di Suriah sangat unik, bisa memproduksi jintan berkualitas yang dicari oleh banyak orang. Beda dengan jintan asal Maroko atau India.”
Kini, Philippe kesulitan membeli jintan, lada dan za’atar dari Suriah. Ia juga tak menjumpai rempah-rempah lain yang berkualitas sama seperti dari Aleppo. “Rempah-rempah Suriah menuju punah.”
Lebih dari lima tahun belakangan ini, Suriah hanya mengekspor makanan kering. Philippe menyayangkan para petani Suriah yang selama ini berdagang dengannya telah mengungsi atau menghilang.
“Orang-orang yang selama ini menjadi kawan-kawan kami telah menghilang,” kata Philippe. “Sungguh menguras emosi kala mengetahui kawan-kawan di sana terperangkap peperangan.”
Philippe juga menyesalkan dirinya tak bisa berbuat banyak. Namun ia cukup berlega hati, ada di antara kawan-kawan Suriah-nya yang mengungsi dan membuka toko rempah-rempah di Istanbul.
Philippe berharap, suatu hari nanti bisa kembali ke Aleppo. “Aleppo harus bertahan. Ini adalah kota tertua di dunia. Jadi harus bertahan. Orang-orang Aleppo tidak mudah dimusnahkan.”
Kelak peperangan usai dan perdamaian melanda Suriah, Philippe ingin perkebunan dan perdagangan rempah-rempah kembali bergairah. Tradisi kuliner Suriah jangan sampai punah.[af/cnn]