SEBAGAI manusia dan juga aktivis lingkungan, kamu dapat menerapkan tiga hal yang dapat dilakukan dalam merespon isu kemanusiaan yang terjadi di Palestina.
Aktivis Lingkungan Aisyah dari Ayo Less Waste menuliskan tiga hal mudah yang dapat dilakukan tanpa harus berangkat berjuang dan berjihad ke medan perang.
Genosida masih dan terus terjadi di Palestina dan lebih intensnya di Gaza hingga saat ini.
Director-General World Health Organization (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, hingga 29 Februari 2024, 30 ribu masyarakat sipil tewas akibat serangan (genosida) itu.
UN Women melaporkan 70 persen diantaranya adalah perempuan dan anak-anak.
World Food Programme (WFP) dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada Januari lalu memperingatkan bahwa seluruh rakyat Gaza, yakni sekitar 2,2 juta jiwa menderita krisis pangan atau lebih buruk lagi.
Bahkan sudah ada warga yang mengonsumsi pakan ternak, kentang busuk hingga rerumputan.
Pada akhir Desember, badan tersebut mengatakan bahwa 9 dari 10 orang makan kurang dari satu kali sehari.
Lalu, situasinya memburuk saat tim bantuan tengah berjuang untuk menyalurkan sedikit bantuan yang masuk ke Gaza.
Mengetahui kenyataan pahit tersebut, nurani kemanusiaan kita tentu menjerit. Tidak hanya dukungan dan empati pada media sosial, kita juga bisa menunjukkan aksi nyata pada perilaku keseharian kita.
Ada beberapa langkah bijak yang bisa kita lakukan, baik sebagai aktivis lingkungan maupun sebagai sesama manusia.
baca juga: Mendidik Generasi Mencintai Bumi dalam Rangka Hari Pendidikan Lingkungan Internasional
Tiga Hal yang Dapat Dilakukan Aktivis Lingkungan dalam Merespon Isu Palestina (Bagian 1)
Berikut ini beberapa langkahnya.
Rutin Berdoa
Berdoa adalah cara paling mudah bagi kita untuk mengirimkan kepedulian dan energi simpati kita kepada para saudara sesama manusia yang sedang mengalami kesulitan di manapun mereka berada, termasuk di Palestina.
Agama apapun yang kamu yakini, kamu bisa mendoakan dengan tulus para saudara kita di sana.
Sedangkan bagi seorang Muslim, wajib hukumnya untuk peduli kepada saudaranya yang sedang dalam kesulitan dan mendoakan mereka.
Jika paling sedikit kita bisa mendoakan minimal setiap pagi, dan untuk saat terdesak ini, kita bisa doakan dengan lebih intens di setiap waktu habis shalat 5 waktu.
Selalu Menghabiskan Makanan dan Minuman Kita
Membuang makanan atau minuman dengan sia-sia, dalam kepercayaan atau agama manapun bukanlah hal yang dibenarkan.
Maka dari itu, dengan cara mudah yaitu hanya menghabiskan makanan dan minuman kita, adalah sebuah langkah sederhana untuk menunjukkan simpati kita kepada para saudara kita yang jutaan jumlahnya, sedang sangat kesulitan untuk mendapatkan makanan dan dalam keadaan kelaparan.
Jikapun sangat terpaksa tidak habis, maka bisa alokasikan kepada yang tepat, misal dijadikan kompos, dibagikan ke hewan atau untuk minuman bisa untuk menyiram tanaman.
Bagi Muslim, perbuatan mubadzir adalah perbuatan setan yang harus dihindari.
Hal ini sesuai dengan apa yang pernah disampaikan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam;
”Takarlah makanan kalian, maka kalian akan diberkahi.”
(Shahih Bukhari, dari al-Miqdam bin Ma’diyakrib).
Di samping itu, menghabiskan makanan dan minuman kita, atau mengalokasikan sampah organik kita kepada tempat yang tepat, sangat membantu untuk tidak menambahkan dampak negatif zat metana, zat yang dihasilkan dari pencampuran sampah organik dan anorganik.
Sampah organik yang tidak bisa sempurna membusuk karena bercampur sampah anorganik itulah yang menghasilkan gas metana, yang bisa membuat bumi kita semakin panas dan sebagai hasilnya berbagai bencana alam bisa menimpa kita.
Hemat dalam Penggunaan Air
Lebih dari 97% air di Gaza, Palestina itu sudah terkontaminasi dan tak layak konsumsi. Beruntung sekali kita di Indonesia masih dapat menikmati melimpahnya air bersih di sebagian besar wilayah Indonesia.
Kita bisa menunjukkan empati kita dengan menggunakan air secukupnya bahkan dihemat seperti saat mencuci piring, mandi, mencuci perabot, menggunakan kran air, berwudhu dan lain sebagainya.
Bahkan kita bisa menggunakan air bekas cucian piring atau mencuci baju kita untuk penggunaan air yang tidak butuh air bersih semisal menyiram kloset, pembilasan pertama saat menyikat lantai toilet, menyiram aspal jalan, dan lain sebagainya.
Dalam Islam, terdapat sebuah hadis yang luar biasa mengingatkan kita untuk bijak dalam penggunaan sumber daya air:
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bertemu Sa’ad pada waktu berwudhu, lalu Rasulullah bersabda,
“Alangkah borosnya wudhumu itu hai Sa’ad.” Sa’ad berkata, “Apakah di dalam berwudhu ada pemborosan?”
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Ya, meskipun kamu berada di sungai yang mengalir.” (Riwayat Ibnu Majah).
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah mencontohkan berwudhu dengan air secukupnya. Seperti diriwayatkan dalam hadis Bukhari, yang berbunyi,
“Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam mandi besar dengan air satu sha’ hingga empat mud dan berwudhu dengan air satu mud.”
Satu mud setara dengan sekitar 625 mililiter. Sementara untuk mandi wajib sebesar empat mud yang kira-kira setara 2,5 liter air.
Sahabat, itulah tiga hal yang dapat kita lakukan sebagai sesama manusia, khususnya pecinta lingkungan, untuk menunjukkan empati kita kepada warga Palestina yang kini tengah dalam kesulitan.
Semoga perbuatan baik kita sekecil apapun bermanfaat dan berpengaruh terhadap kebaikan diri dan masa depan dunia.[ind]