ChanelMuslim.com – Pasangan keluarga Muslim Mona Ratuliu dan Indra Brasco nampak kompak dalam menerapkan pola asuh pada tiga anaknya, Davina Shava Felisa (15), Barata Rahadian Nezar (8), dan si bungsu, Syanala Kania Salsabila( 5).
Salah satunya, dalam hal menerapkan disiplin, Mona dan Indra menerapkan prinsip konsekuensi. Maksudnya, agar terbiasa disiplin, ketiga anaknya harus siap menerima konsekuensi bila aturan yang disepakati bersama dilanggar.
“Jadi ada aturan yang disepakati bersama dan bila dilanggar ada konsekuensi yang harus diterima anak-anak, “ujar Mona dikutip dari laman sahabatkeluarga.kemdikbud.
Misalnya, kata wanita berusia 36 tahun ini, bila ada rencana ke mall, maka disepakati anak-anak harus mandi sesegera mungkin. Bila saatnya tiba pergi ke mall dan ternyata ada anaknya yang belum mandi dan main game, maka tak segan Mona dan Indra meninggalkannya.
“Jadi disitu si anak belajar menerima konsekuensi atas sikap dan keputusannya sendiri. Itu kan ngga pake marah tapi tegas ngajak mereka untuk mau konsekuen atas pilihan yang diambil atau disepakati bersama,“ungkap Mona mencontohkan.
Mona mengatakan dirinya ingin mendidik anak untuk disiplin dan siap menghadapi konsekuensi bila dilanggar sejak dini, yakni sebelum si anak menginjak usia remaja.
“Sekarang masih bersama orangtua yang masih bisa melindunginya bila menghadapi suatu konsekuensi, tapi nanti kalau mereka sudah remaja, lepas dari jangkauan orangtua, harus siap mnghadapi konsekuensi sendirian. Mendingan sekarang terpentok-pentok saat menghadapi resiko, tapi nantinya sudah siap menghadapinya sendirian, “sebut Mona.
Cerita Mona, awal-awalnya saat diterapkan hal itu mendapat tentangan dari anak-anak, tapi seiring berjalannya waktu dan terus menerus diberi penjelasan, anak-anak akhirnya sudah paham aturannya memang begitu.
“Ahamdulillah, aturan yang diterapkan di sekolah relatif sama, “kata Mona.
Namun, diakui Mona, ada suatu ketika, ketika anaknya melanggar aturan, sebagai ibu, Mona ada perasaan tak tega memarahinya atau menghukumnya. Bila itu yang terjadi, Mona memilih menyerahkan pada Indra.
Namun soal penerapan pola asuh ini, diakui Mona, awalnya terjadi perbedaan antara dirinya dengan suaminya, Indra. Mona paham, perbedaan itu muncul karena antara dirinya dengan suaminya masing-masing membawa pola asuh yang diwariskan dari orangtuanya sehingga saat itu kerap terjadi perdebatan soal mencari pol asuh yang akan diterapkan. Sampai akhirnya Indra kewalahan sendiri karena anak-anak makin besar.
“Kok sama bundanya lebih gampang sementara sama saya tersendat-sendat. Dari situ Indra mulai sadar bahwa cara bundanya lebih efektif. Akhirnya ia ikut cara-cara yang saya dapatkan dari seminar-seminar, bahkan kemudian ia pun mulai ikut seminar-seminar parenting,” kenang Indra.
Namun diakui Mona, bahwa karakter tiga anak-anaknya masing-masing berbeda. Sehingga, walau pola asuh yang diterapkan sama, hasilnya tidak begitu sama.
“Anak saya yang kedua itu belajar disiplinnya gampang banget, tapi yang ketiga selalu mencoba mengacak-ngacaknya. Jadi ya beda hasilnya. Karena itu, saya tak berharap hasilnya akan sama, tapi pola asuh yang diterapkan untuk kedisplinan, ketangguhan dan kepedulian, semua sama, “ungkap Mona.
Mona dan Indra juga punya prinsip yang sama dalam hal pemilihan sekolah. Beruntung, keduanya sama-sama bergerak di dunia kreatif, sehingga sekolah yang dipilih untuk anak-anaknya adalah sekolah yang dapat menstimuli kreatifitas siswa dan tidak terpatok pada kurikulum yang baku.
“Cara belajarnya tidak semata-amata di kelas dan duduk, tapi yang mengeksplorasi alam dan menyenangkan bagi siswa,”tutup Mona.
Sumber: www.sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id
(jwt)