Hal ini mengemuka dalam konferensi para praktisi pendidikan dunia Budiman Sudjatmiko, M.Sc., M.Phil., Louis Goh, Allana Abdullah, dan Muhammad Nabil Satria. Dihadiri oleh 90 narasumber dari 14 negara dan 5 pejabat Kementerian RI yang digelar oleh EdHeroes Forum Asia: Indonesia Chapter, secara daring, pada Sabtu (16/10) malam.
Baca Juga : EdHeroes Asia Indonesia Chapter Hadir Jawab Tantangan Dunia Pendidikan di Indonesia dan Asia
Teknologi Tidak Sepenuhnya Menggantikan Peran Guru Dalam Mendidik
Pada topik ini para narasumber sepakat bahwa pada kenyataannya, mesin tidak dapat sepenuhnya menggantikan pendidik manusia.
Hal ini dikarenakan dalam masyarakat ini, kita masih membutuhkan pendidik manusia untuk mengajar siswa tentang begitu banyak aspek dalam hal pendidikan.
Meskipun mesin merupakan alat penting yang membantu siswa dan pendidik untuk mengakses pendidikan, tetapi tidak dapat disangkal bahwa mesin kurang memiliki kreativitas dan emosi yang memegang peran penting untuk memenuhi pendidikan yang layak.
“Saya percaya bahwa teknologi tidak dapat menggantikan seorang guru. Teknologi adalah alat untuk membantu seorang guru. Oleh karena itu, teknologi dapat membantu proses belajar tetapi tentu saja tidak dapat menggantikan peranan seorang guru.” jawab Muhammad Nabil Satria sebagai Co-founder LatihID.
Adapun Founder and CEO Global Moonshots in Education, Esther “WOJ” Wojcicki, menyatakan cara pandang guru di era digital ini pun perlu diubah.
“Kita perlu mengubah mindset guru dan cara kita mengajar anak-anak. Kita perlu bergerak mengikuti mereka demi mendampingi mereka. Anda tak perlu menjadi super pintar, tapi anda hanya perlu memotivasi mereka. Motivasi adalah kunci untuk belajar apapun,” ungkap Co-Founder and Education Chief for WOJ Innovation & Technology itu dalam Opening General Session EdHeroes Forum Asia: Indonesia Chapter.
“Kita perlu mengubah pola pikir guru, mulai dari cara mengajar dan cara mendidik anak. Kita harus beralih dari cara mengajar dimana guru selalu berbicara setiap waktu menjadi guru yang memfasilitasi. kamu tidak perlu menjadi pintar, kamu hanya perlu memiliki motivasi, karena motivasi adalah kunci untuk belajar tentang segala hal.“ ungkap Dr. Esther “WOJ” Wojcicki sebagai Co-Founder and Education Chief for WOJ Innovation & Technology serta Founder and CEO Global Moonshots in Education dalam sesi Opening General Session EdHeroes Forum Asia: Indonesia Chapter.
Dalam kegiatan ini terbagi dalam 5 track dan 22 sesi dimana setiap track memiliki tema, topik, dan narasumber yang berbeda-beda.
Tema dari track 1 adalah Family and Education dan memiliki topik masing-masing setiap sesinya. Pada salah satu sesinya, para narasumber mengatakan bahwa membesarkan anak-anak harus holistik, fokus pada setiap aspek.
Terkadang para orang tua berpikir bahwa mereka tahu lebih banyak tentang anak-anak kita berdasarkan pengalaman kita, tetapi terkadang para orang tua juga perlu belajar dari anak-anak dan perlu memberikan yang terbaik.
“Sebagai orang tua yang masih belajar bagaimana cara menjadi orang tua yang baik dan mencoba menggabungkan setiap teori parenting (keorangtuaan) yang saya ketahui dari berbagai macam sumber, dari pengalaman-pengalaman yang saya terapkan setiap hari untuk mencoba memberikan yang terbaik untuk anak-anak saya.” ungkap seorang Executive Director at Amanat Institute, Fahd Pahdepie.
Track selanjutnya yaitu track 3, temanya adalah Policy and Education yang salah satunya membahas tentang pendidikan bagi seorang wanita.
Untuk mencapai kesetaraan gender, termasuk mengurangi terjadinya kekerasan berbasis gender dan pelecehan seksual, diperlukan pendidikan untuk memberikan kesadaran kepada smua perempuan bahwa perempuan bisa mendapatkan kesempatan yang lebih besar dalam hal karir dan juga membuka perspektif yang lebih terbuka.
Perempuan tidak lagi hanya berperan dalam urusan rumah tangga, perempuan masa kini terus berjuang dan pada gilirannya berhak memberikan kesempatan pada posisi tanggung jawab seperti laki-laki pada umumya.
Pendidikan tinggi dan karir yang sukses tidak hanya untuk laki-laki, perempuan juga layak untuk dikembangkan moral dan karakternya melalui pedidikan.
“Perempuan yang berpendidikan tinggi dapat menyelam ke dalam keluarga atau komunitas mereka sendiri, dan di mana (mereka) dapat membangun kesadaran ini dan mereka juga dapat mengambil bagian dalam mengubah sistem ke versi yang lebih baik dan lebih mendukung terhadap wanita dengan menjadi pembuat kebijakan atau seseorang yang berjuang untuk kebenaran, sehingga pilihannya tidak terbatas.” kata Arimbi Yogaswara selaku Southeast Asia Lead, Girl Up, United Nations Foundation.
Ministrial Talk merupakan pembahasan pada track 4, salah satu topik yang diangkat adalah Strategi Pemerintah untuk Mencapai Tujuan Indonesia.
Untuk mencapai generasi emas Indonesia tahun 2045, ada 4 pilar, yaitu pembangunan manusia dan IPTEK, pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, pembangunan merata, dan penguatan ketahanan dan tata kelola nasional.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga akan terus membaik, yang ditopang oleh sektor investasi dan perdagangan, industri, pariwisata, dan jasa.
Selain itu, Indonesia juga akan mengupayakan pemerataan fasilitas kerjasama dari berbagai sektor untuk mencapai tujuan bersama.
“Untuk mempersiapkan masa depan emas Indonesia menuju seratus tahun kemerdekaan Indonesia terdapat empat pilar, pertama adalah pengembangan teknologi manusia dan sains, kedua adalah pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dan ketiga sama-sama menyebarkan pembangunan dan keempat adalah penguatan nasional ketahanan dan pemerintahan.” jelas Heldy Satrya Putra sebagai Special Advisor for Investment Competitiveness Enhacement.
Dan track terakhir yang diisi oleh beberapa diantaranya adalah Kalis Mardiasih, Taufan Teguh Akbari, Matin Ling, Faruq Ibnul Haqi tidak kalah menarik karena membahas Education Reformes.
Para pembicara tersebut memaparkan bahwa rasa ingin tahu merupakan sifat yang sangat penting bagi manusia terutama bagi generasi muda.
Untuk tumbuh, beradaptasi, memiliki pemahaman yang lebih baik tentang semangat atau dorongan dan kemauan untuk tidak pernah berhanti belajar, salah satunya adalah dengan rasa ingin tahu.
Motivasi diri dan sistem pendukung (sebagai orang tua, sistem sekolah/pendidikan, guru, teman) juga memainkan peran besar dalam menciptakan dorongan “rasa ingin tahu” itu. Bersikaplah terbuka dan hargai budaya serta pengalaman yang berbeda. Tentukan di mana kita ingn maju dan percaya bahwa kita memiliki apa yang diperlukan untuk menjadi sukses di masa depan.
Baca Juga : Tips Membentuk Pendidikan Karakter Melalui Nilai-Nilai Ekonomi Islam dari Adiwarman Karim
Jika berbicara tentang pendidikan, hal ini memang sesuatu yang penting dan tidak akan pernah berakhir sampai kapanpun.
Pendidikan memiliki peranan penting bagi para individu, keluarga, dan bangsa. Acara ini dimeriahkan oleh peserta dan narasumber yang berasal dari berbagai macam negara dan ditutup dengan closing statement dari Farhannisa Nasution dan Indra Dwi Prasetyo sebagai perwakilan dari EdHeroes Forum Asia: Indonesia Chapter. TERANGkum, ID Next Leader, LatihID, Impala, Triplex dan Pemimpin.id berharap kegiatan ini membawa banyak manfaat untuk perkembangan pendidikan di Asia khususnya Indonesia. [wmh]