APLIKASI No Thanks menjadi alat penting bagi komunitas Muslim Indonesia di Malaysia dalam upaya memboikot produk yang mendukung penindasan terhadap Palestina.
Penelitian yang dipresentasikan oleh Sri Yusriani, kandidat doktor dari Universiti Sains Malaysia, menunjukkan bahwa self-efficacy dapat memperkuat partisipasi dalam aktivisme digital ini.
Aplikasi No Thanks memberikan informasi dan alternatif etis, memperkuat keyakinan bahwa setiap tindakan kecil dapat memberikan dampak besar dalam perjuangan untuk keadilan.
Keyakinan diri atau self-efficacy (Bandura, 1977, 1986, 1993) merupakan konsep psikologi yang mencerminkan kepercayaan seseorang terhadap kemampuannya untuk mencapai tujuan tertentu.
Muslimah Indonesia yang berprestasi internasional, Sri Yusriani, kandidat doktor dari Universiti Sains Malaysia sekaligus alumni Program Studi Manajemen Universitas Terbuka Indonesia, telah menjadikan self-efficacy sebagai fokus risetnya.
Dalam konteks perjuangan mendukung Palestina, self-efficacy menjadi kunci penting untuk membangun kesadaran bahwa setiap tindakan kecil, seperti memboikot produk yang mendukung rezim penindas, dapat memberikan dampak besar.
Baca juga: YKMI: Ayo Konsisten Boikot Produk Terafiliasi Israel
Aplikasi Boikot sebagai Alat Digital untuk Aktivisme
Pada ajang The4th International Conference on Humanities, Education, Sciences, Management, Engineering, and Technology (ICHESMET) 2024 yang berlangsung pada 4–6 Desember 2024 di Newton International College, Kuala Lumpur, Malaysia, Sri Yusriani dan timnya mempresentasikan temuan awal penelitian terkait aplikasi No Thanks.
Konferensi ini mengusung tema “Interdisciplinary Innovations: Shaping Sustainable Futures in a Hyperconnected World” dan diselenggarakan oleh FEU Institute of Technology serta Mechatronics and Robotics Society of the Philippines (MRSP) – National Capital Region (NCR) Chapter, dengan kolaborasi beberapa institusi internasional, termasuk Universitas 17 Agustus 1945 Semarang, Indonesia.
Penelitian ini memanfaatkan kerangka kerja Technology Acceptance Model (TAM) untuk memahami penerimaan pengguna terhadap aplikasi No Thanks di kalangan komunitas Muslim Indonesia di Malaysia.
Sri Yusriani atau akrab disapa Sarah menjelaskan, “Dalam observasi awal, tak hanya yang beragama Islam, rata-rata penduduk di Malaysia sudah menyadari pentingnya boikot ini sebagai bentuk empati dan peka terhadap suasana penindasan di negeri lain. Namun, untuk penelitian awal, saya ambil sampling responden masyarakat kita di Malaysia.”
Aplikasi ini dirancang untuk membantu individu memboikot produk dan perusahaan yang teridentifikasi mendukung penindasan terhadap Palestina, dengan menyediakan informasi produk yang perlu dihindari dan alternatif etis lainnya.
Prestasi Penelitian dan Tim Multidisiplin
Tim peneliti yang diketuai oleh Sri Yusriani beranggotakan Assoc Prof. Dr. Shine Pintor Siolemba Patiro dari Universitas Terbuka Tangerang Selatan, Dr. Endi Rekarti dari Universitas Terbuka, dan Assoc Prof. Dr. Muji Gunarto dari Universitas Bina Darma, Palembang.
Dalam konferensi ini, karya ilmiah mereka dengan topik “Boycott Intention With TAM Approach terkait No Thanks App” meraih penghargaan sebagai 2nd Best Research Paper untuk kategori Humanities science.
Sri Yusriani juga dianugerahi penghargaan sebagai Most Outstanding Presenter atas performa luar biasa dalam mempresentasikan karya ilmiah temuan penelitian ini.
Baca juga: Cerita Sri Yusriani Raih Mahasiswa Terbaik UT Meski Harus PJJ dari Denmark
Scientific paper kedua tim ini yang membahas eWOM (Electronic Word of Mouth) pada industri kafe atau resto bakery di Palembang juga meraih 1st Best Research Paper, membuktikan kualitas riset yang unggul.
Alumni Universitas Terbuka sekaligus wisudawan terbaik yang merupakan pelajar teladan Palembang era 2000-an ini amat bersyukur atas apresiasi dari panitia penyelenggara ICHESMET.
Ditanya tentang hobi meneliti dan pengalaman konferensi internasional kali ini, Sri Yusriani berujar singkat,
“Saya bahagia bisa melakukan presentasi tatap muka (bukan online atau daring seperti biasanya), ada tantangan tersendiri. Sebelum di-accept, kan paper kita ada ‘blind review’-nya. Banyak insight dan ragam pertukaran informasi baru, berjumpa para peneliti lain dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Vietnam, Brunei, Thailand, China, dan beberapa negara Asia lainnya,” ujar Sarah kepada Chanelmuslim.com melalui pesan singkat, Senin (09/12/2024).
Menghubungkan Self-Efficacy dengan Boikot di Era Digital
Konsep self-efficacy memiliki relevansi besar dalam konteks digital. Ketika seseorang percaya bahwa tindakan mereka dapat membuat perubahan, mereka lebih cenderung bertindak.
Aplikasi No Thanks sebagai stimulan memperkuat self-efficacy individu dengan menyediakan alat untuk mempermudah partisipasi dalam boikot.
Dampak kolektif yang ditampilkan oleh aplikasi ini memperkuat keyakinan bahwa setiap tindakan kecil dapat memberikan kontribusi nyata dalam perjuangan untuk keadilan.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa perceived usefulness, ease of use, dan self-efficacy adalah faktor utama yang memengaruhi adopsi aplikasi, dengan sikap pengguna sebagai mediator.
Meskipun ada kesenjangan antara niat dan perilaku, penelitian ini menawarkan strategi praktis untuk mengatasi hambatan tersebut, seperti menyesuaikan fitur aplikasi dengan nilai budaya dan religius pengguna.
Boikot sebagai Strategi dan Solidaritas
Boikot produk yang dilakukan secara kolektif tidak hanya memberikan tekanan ekonomi kepada perusahaan pendukung rezim penindas, tetapi juga meningkatkan kesadaran publik mengenai isu kemanusiaan di Palestina.
Kampanye boikot ini menciptakan efek domino positif, di mana lebih banyak individu tergerak untuk terlibat.
Amat banyak produk di sekitar kita yang memiliki kekurangan dalam segi marketing dan kemasan, misalnya etika pemasaran dan ketidakpedulian pada sokongan dana untuk perang menindas rakyat Palestina.
Misalnya untuk sektor asuransi, masyarakat Indonesia dan Malaysia memiliki alternatif untuk mengganti kebiasaan ‘join asuransi konvensional’ kepada versi skema syariah.
Maka sejalan dengan topik boikot ini, diharapkan para konsumen tetap concern dan konsisten dengan sikap kehati-hatian mengonsumsi produk sehari-hari, sebagai bentuk perjuangan kita, jihad fii sabilillah.
Kesimpulan: Teknologi untuk Perubahan
Aplikasi boikot seperti No Thanks menunjukkan bagaimana teknologi dapat menjadi alat yang efektif dalam mendukung perjuangan kemanusiaan. Dengan memanfaatkan teknologi dan keyakinan diri, kita dapat menciptakan perubahan nyata.
Sebagaimana dikatakan oleh Sri Yusriani, “Sesederhana apapun tindakan kita, jika dilakukan dengan keyakinan dan konsistensi, dampaknya bisa menjadi luar biasa. Malaikat tak akan salah mencatat, Allah SWT pun ridho pada jalan yang kita lalui dalam menggapai cita.”
Profil Sri Yusriani
Sri Yusriani adalah pemimpin asosiasi alumni dan dosen Program Pascasarjana di Universitas Terbuka Indonesia, dengan spesialisasi dalam Ilmu Komunikasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Pada Januari 2024, ia berhasil mempertahankan tesis magisternya sebagai lulusan terbaik dan kini memulai program penelitian PhD di USM, Malaysia.
Dalam karier profesionalnya, Sri Yusriani telah unggul dalam manajemen rantai pasokan dan divisi HRM di FK Distribution Denmark serta berkontribusi di ICRC Denmark. Dikenal atas keterampilannya dalam menulis dan berbicara di depan umum, ia telah menerima banyak penghargaan dan secara aktif membimbing lebih dari 80 penulis dalam penulisan ilmiah, menunjukkan komitmennya untuk berbagi pengetahuan dan melayani masyarakat. Sri Yusriani juga memimpin organisasi mahasiswa dan alumni.
Latar Belakang Pendidikan:
SMA di SMU YKPP 1 Komperta Plaju Palembang (2001).
Studi Geografi di Universitas Negeri Padang.
Pendidikan Bahasa Arab di Universitas Pendidikan Indonesia (2002-2005).
Studi Bahasa Polandia di Universitas Jagiellonian, Krakow (2010-2012).
Sejak 2022, ia mengikuti sekolah bahasa Denmark ‘Sprogskoler’ di Billund, Denmark.
Penghargaan dan Prestasi:
Terbaik dalam kompetisi pidato bahasa Inggris dan menulis cerpen Islami di Indonesia.
Peringkat kedua dalam kompetisi tesis magister di 14th IEOM, Dubai (Februari 2024).
Makalah terbaik ketiga di 6th ISBEST 2023.
Moderator terbaik di ICBEM 2023.
Presenter terbaik di ISC-BEAM UNJ (Juni 2024).
Penghargaan Makalah Terbaik di Digital Muslim Review Islamic Studies Journal, UIN Banten (2024).
Timnya menerima Penghargaan Makalah Terbaik di HRM, Telkom University SCBTII, Bandung (Juli 2024).
Penghargaan Makalah Terbaik dalam Doctoral Dissertation Awards dan Master Thesis Awards di Asia Pacific IEOM, Tokyo (September 2024).
Terpilih untuk program pelatihan WESEP oleh EU ErasmusPlus Project di Luksemburg (September 2024 – Maret 2025).
Penghargaan Paper Terbaik dan Most Outstanding Best Presenter di ICHESMET 2024, Kuala Lumpur (Desember 2024).[ind]