RISIKO kelaparan Gaza masih ada karena pembatasan akses kemanusiaan.
Organisasi keamanan pangan internasional yang berpusat di Roma, IPC Partnership, dalam laporan terbarunya menyatakan bahwa lebih dari separuh populasi tidak memiliki makanan untuk dimakan, dan lebih dari 20 persen secara teratur tidak makan selama berhari-hari dan bermalam-malam.
Temuan IPC juga mengungkapkan bahwa satu dari lima warga Palestina di Gaza, yang setara dengan 495.000 orang, menghadapi tingkat kerawanan pangan akut yang sangat parah.
Hal ini termasuk dalam klasifikasi Fase 5, yang merupakan tingkat kerawanan pangan paling parah.
Selama fase ini, rumah tangga mengalami kekurangan pangan yang parah, kelaparan, dan kehabisan mekanisme penanggulangan.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Abu Rabie mengomentari situasi tersebut dengan mengatakan, “Kita berbicara tentang kelaparan yang nyata, tanpa akses terhadap kebutuhan pokok seperti makanan, air, daging, kacang-kacangan, dan sayuran. Selama lebih dari sembilan bulan, kita belum melihat hasil panen.”
Penduduk Palestina dari Gaza mengatakan bahwa mereka telah bergantung pada makanan kaleng dan tepung putih selama beberapa bulan terakhir.
Selain dari penghancuran kehidupan dan habitat warga Palestina dan penciptaan bencana kelaparan dan kelangkaan akibat pengeboman lahan pertanian, peternakan unggas, dan rumah kaca serta pemblokiran dan penundaan bantuan kemanusiaan, Israel telah menghancurkan infrastruktur penyimpanan, pengolahan, dan penyediaan air, sehingga mengurangi kapasitas air di Gaza hingga 94 persen sejak Oktober, menurut laporan terkini oleh Oxfam.
Risiko Kelaparan Gaza Masih Ada Karena Pembatasan Akses Kemanusiaan
“Air langka. Setiap beberapa hari, para donatur membawa tangki air yang sudah disaring, tidak disaring sepenuhnya, yang lebih baik daripada air asin dari sumur. Namun, orang-orang harus mengantre panjang,” jelas Abu Rabie.
“Tidak semua orang berhasil mengisi wadah air mereka,” tambah Abu Rabie.
Laporan Kemitraan IPC menyoroti tindakan ekstrem yang dilakukan orang untuk bertahan hidup.
“Demi membeli makanan, lebih dari separuh rumah tangga di Gaza terpaksa menukar pakaian mereka dengan uang, dan sepertiga terpaksa memungut sampah untuk dijual,” kata laporan itu.
Kemitraan IPC menyatakan bahwa risiko kelaparan yang akan terjadi akan terus ada selama akses kemanusiaan dibatasi.
Baca juga: Krisis Kemanusiaan di Gaza Semakin Dalam, Epidemi Baru Meningkat
Meskipun menghadapi kesulitan ini, Youssef Abu Rabie tetap teguh.
“Saat kami menghadapi bencana kelaparan, kami menemukan penghiburan dalam kesabaran dan keimanan kami.”
“Kita sedang beradaptasi dengan kenyataan baru ini. Hari ini, kita harus bersabar dan bertahan dalam kondisi yang kita hadapi, sambil berharap Tuhan akan meringankan penderitaan kita.”
Untuk mengakhiri perbincangan, Abu Rabie mengutip ayat Al-Quran: “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”[Sdz]
Sumber: trtworld