KAWASAN Canggu, Bali, kembali menjadi pusat perbincangan netizen, melainkan karena sebuah restoran bernama Gigi Susu.
Restoran yang tampak ramai dan kerap tampil di linimasa media sosial ini menuai kontroversi dari kalangan netizen Muslim. Isunya berawal dari kehadiran menu babi di tempat makan yang secara tampilan luar tak memberi kesan khusus sebagai restoran non-halal.
Berlokasi strategis di tengah hiruk pikuk wisatawan lokal dan mancanegara, Gigi Susu dikenal dengan sajian fusion Asia-Eropa dan atmosfer industrial minimalis yang Instagramable.
Namun yang membuatnya menjadi polemik adalah dugaan bahwa restoran ini tidak secara eksplisit memberi penjelasan mengenai status kehalalan makanannya, padahal menarik banyak pelanggan Muslim karena viral di media sosial.
Baca juga: Hongkong Mensertifikasi Lebih dari 500 Restoran Halal pada Akhir Tahun 2025
Restoran Gigi Susu Bali Tuai Kontroversi Menu Haram
Komentar-komentar dari netizen Muslim membanjiri unggahan-unggahan review kuliner tentang restoran ini.
Beberapa menyayangkan kurangnya transparansi dalam penamaan menu dan komposisi bahan, khususnya soal kehadiran pork belly atau crispy pork yang menjadi salah satu menu favorit di sana.
Kontroversi ini memunculkan diskusi yang lebih luas soal pentingnya pelabelan makanan halal di tempat makan populer di daerah wisata seperti Bali.
Apalagi, restoran seperti Gigi Susu banyak dikunjungi oleh wisatawan domestik Muslim, terutama dari Jakarta, Surabaya, dan Bandung yang sedang berlibur di Bali. Di sisi lain, belum ada pernyataan resmi dari pihak restoran mengenai status kehalalan dapur mereka.
Website maupun akun Instagram resmi restoran ini tidak mencantumkan sertifikasi halal dari MUI atau penjelasan soal pemisahan alat masak untuk menu babi dan non-babi. Hal ini menambah kekhawatiran di kalangan pelanggan yang mengedepankan prinsip halal.
Beberapa pengunjung yang sempat datang mengaku terkejut saat tahu menu babi tersedia, karena dari luar restoran terlihat seperti kafe umum tanpa penanda khas restoran non-halal.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Isu ini mencerminkan pentingnya edukasi kuliner dan kesadaran konsumen dalam memilih tempat makan, terutama di kawasan multikultural seperti Bali.
Sementara itu, para pelaku usaha kuliner juga diharapkan lebih transparan dalam memberikan informasi makanan, demi menghargai keragaman keyakinan konsumennya.
Netizen pun mengimbau sesama Muslim untuk lebih teliti dalam mencari informasi sebelum mencoba tempat makan yang sedang viral, agar tidak tertipu oleh estetika atau endorsement semata.
Hingga kini, perdebatan seputar Gigi Susu masih terus bergulir di media sosial, menjadi pengingat bahwa estetika dan popularitas bukan satu-satunya pertimbangan dalam memilih tempat makan, khususnya bagi mereka yang memiliki batasan konsumsi berbasis agama. [Din]