ChanelMuslim.com – Sebanyak 81 anak pencari suaka dari luar negeri mulai bersekolah secara resmi di sekolah dasar milik Pemerintah Indonesia di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.
Kepala Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Pekanbaru Junior Sigalingging mengatakan Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak (KHA) yang melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990
Hal ini, kata Junior, menjadi dasar bagi Indonesia untuk mengizinkan para anak-anak pencari suaka untuk bersekolah di SD negeri.
“Pendidikan adalah hak anak. Mereka mulai sekolah sejak Senin lalu,” kata Junior kepada Anadolu Agency pada Kamis.
Junior mengatakan hal ini juga diperkuat dengan surat Sekjen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memberikan para anak untuk bersekolah di Indonesia
Setelah itu, kata Junior, Rudenim Pekanbaru menerbitkan surat rekomendasi bagi setiap anak pengungsi yang sudah diajukan International Organization for Migration (IOM)
Junior mengatakan para anak pencari suaka itu mayoritas berasal dari Afghanistan.
Pendidikan anak pencari suaka hanya untuk jenjang sekolah dasar.
“Dana pendidikannya diberikan oleh IOM,” kata Junior.
Junior mengatakan para anak-anak pencari suaka yang terpilih adalah mereka yang sudah dapat berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia.
Hal ini, lanjut Junior, sebagaimana syarat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Junior mengatakan dari 12 SD negeri yang diajukan IOM, hanya delapan sekolah yang dinyatakan Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru sanggup menampung anak-anak pencari suaka.
Sekolah tersebut antara lain SDN 159 ada 20 anak, SDN 56 ada 22 anak, SDN 141 ada delapan anak, SDN 170, SDN 48, SDN 190 dan SDN 182 masing-masing menampung tujuh anak, serta SDN 17 menampung tiga anak pencari suaka.
Junior mengatakan hingga kini ada 285 anak pencari suaka yang berada di Pekanbaru.
Namun tidak semuanya dapat bersekolah karena belum cukup umur dan dapat berkomunikasi Bahasa Indonesia dengan lancar.
Kepala Sekolah SDN 56 Andri Saputra mengaku senang menerima para anak pencari suaka untuk belajar di sekolahnya.
“Anak-anak itu sudah dapat berkomunikasi walaupun masih terbata-bata,” kata Andri kepada Anadolu Agency saat dihubungi.
Untuk memperlancar proses pembelajaran, Andri menginstruksikan para untuk mejelaskan pelajaran secara perlahan.
“Para guru menambahkan perbendaharaan kata bagi anak-anak,” kata dia.
Selama proses pembelajaran, kata dia, anak-anak terlihat antusias saat memasuki hari pertama sekolah.
Andri mengatakan para anak pencari suaka itu mulai bersosialisasi dengan guru dan teman-teman sekelasnya.
“Mereka suka bermain,” terang Andri.
Andri mengatakan IOM mengalokasikan dana sebesar Rp800.000 untuk satu anak dalam setahun.
Mereka akan terus menempuh pendidikan di SD negeri selama masih berada dalam pengungsian.
“Selama masih di Indonesia, mereka akan tetap bersekolah sampai kelas 6,” jelas dia.[ah/anadoluindonesia]