ChanelMuslim.com- Mataram. Pusat Unggulan Biosains dan Bioteknologi (PUBB) Universitas Mataram (Unram) bekerjasama dengan Kelompok Industri Tahu Tempe Skala Rumah Tangga menggelar pelatihan Pembuatan Kompos dari limbah hasil pembakaran gabah menggunakan Bio-Stimulator pupuk cair rumput laut di desa Puyung Jonggat Lombok Tengah. Limbah ini adalah limbah abu sekam padi yang menumpuk di sungai yang melintasi desa Puyung dan sekitarnya.
Ibu Sri Puji Astuti, M. Si selaku Narasumber pada kegiatan tersebut menjelaskan bahwa ada lebih dari 1 ton limbah abu sekam yang dihasilkan per hari di desa Puyung dan ini berbahaya bagi warga yang tinggal di pinggir sungai.
“Penyempitan aliran sungai, berkurangnya pasokan air di sawah petani dan menumpuknya kotoran sapi di kandang ternak sangat mengganggu warga desa Puyung,” ujar Bu Puji begitu biasa perempuan yang juga sebagai Dosen Biologi Universitas Mataram ini disapa.
“Melalui teknik pengomposan dibantu dengan bio-stimulator yang dibuat sendiri oleh masyarakat tentu akan menghasilkan kompos lebih banyak dengan proses percepatan pematangan yang lebih baik dan tentu lebih ekonomis,” tambah Bu Puji.
[gambar1]
Peninjauan lokasi pengolahan abu sekam.
Bu Puji melanjutkan penjelasannya, “Langkah-langkah pembuatan kompos ini cukup sederhana, yaitu mencampur abu sekam dengan kotoran sapi kering dengan perbandingan 3:1, lalu menambahkan sampah dedaunan sebanyak 2 ember, bahan dicampur rata, lalu tambahkan limbah ekstrak rumput laut sampai media menjadi basah, penggunaan produk pasaran pun seperti EM4 dapat ditambahkan guna mempercepat proses fermentasi dan memperkaya jenis bakteri pembusuk yang ada. Setelah media tercampur rata kemudian di tutup menggunakan plastik atau terpal selama 2 pekan, 2 hari sekali dilakukan pembalikan media. Proses pengomposan selesai ditandai dengan perubahan media menjadi agregat tanah sehingga siap untuk diaplikasikan.”
Sebagai peneliti di Laboratorium PUBB Unram, Bu Puji juga menambahkan bahwa bio-stimulator alami juga dapat dibuat dari fermentasi ampas tahu dan air limbah hasil perebusan tahu dengan menambahkan air kelapa, gula merah atau gula pasir, dan air sisa cucian beras.
"Pembuatan kompos bukan kegiatan pertama dan terakhir, tapi akan menjadi awal bagi pemberdayaan masyarakat Puyung, sehingga potensi rumput laut, briket dan batu bata di Puyung dapat terberdayakan lagi," tukasnya mengakhiri kegiatan hari ini. (Mh/Ad)