ChanelMuslim.com – Salah satu agenda yang diangkat pada event syi’ar Islam terbesar Universitas Andalas, Rabbani Fair 2020 ini adalah Talkshow kebangsaan bertajuk tema Peran Pemuda Islam dalam Menjaga Persatuan Bangsa. Output yang diharapkan dari acara ini adalah pemuda Islam dapat meningkatkan rasa kebangsaan dalam diri mereka dan dapat berpengaruh bagi bangsa Indonesia.
Alhamdulillah sudah terselenggarakan pada Ahad, 1 November 2020 di media converence Zoom. Acara ini diisi oleh 4 pemateri yang berkafaah di bidangnya masing-masing, yaitu:
1. Dr H Urwatul Wusqo, Lc MA
2. Drs H Syaifullah, MM
3. Ir Insannul Kamil, MEng Phd
4. Muhamad Nasir, SH
Event perdana Rabbani Fair 2020 ini berhasil mehadirkan lebih dari 200 massa dari berbagai daerah di Indonesia. Pokok pembicaraan yang dibahas pada talkshow ini menekankan pada bagaimana semestinya pemuda muslim mengambil peran dalam membangun bangsa ini, khususnya dengan menanamkan persatuan yang kokoh.
Indonesia sebagai negara mltikultural atau masyarakat majemuk dan pluralisme, memiliki arti penuh dengan keberagaman, nilai, budaya, ras, etnis, bahasa dan sejarah yang berpadu menjadi satu sebagai kebiasaan didaerah setempat yang tersebar diseluruh wilayah NKRI. Keberagaman yang dimiliki mendorong terciptanya semboyan Bhineka Tunggal Ika yang dari dulu sampai sekarang menjadi pedoman bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat.
Persatuan dan kesatuan harus tetap kita pertahankan dari pihak-pihak yang dengan sengaja ingin menciptakan perpecahan dinegeri tercinta. Kemarin juga kita baru saja memperingati 92 tahun sumpah pemuda. Sejak itu pemuda Indonesia tidak pernah absen mencatat dirinyadalam panggung sejarah republik.
Sumpah pemuda ini haruslah dimaknai dengan pemahaman dan pendalaman nasionalisme maupun patriotisme pada setiap pemuda diindonesia. Dimana fenomena saat ini adalah semakin tergerusnya rasa cinta tanah air oleh perkembangan zaman yang berjalan cepat. Ditambah lagi dengan peralihan zaman menuju globalisasi.
“Setiap orang ada zamannya, setiap zaman ada orangnya,” ucap Insannul Kamil.
Insannul Kamil juga menambahkan untuk menjadi pelaku sejarah jangan menjadi follower terus. Dengan adanya perkembangan teknologi harusnya pemuda menjadi garda paling depan dalam penguasaan teknologi. Namun kita harus cerdas dalam menyikapi perkembangan teknologi ini. Jangan sampai pemuda latah dalam penguasaan teknologi ini dan jangan sampai terdistrubsinya karakter.
“Meningkatkan, memberdayakan, dan mengingatkan. Peran pemuda dikota sangat lah besar namun jangan tersentralisasi hanya dikota. Kembalilah ke desa. Karena peranan pemuda dalam pembangunan desa sangatlah besar. Berorganisasi dengan masyarakat bersinergi dengan ninik mamak. Jikalau pendidikan membuat mu jauh dari masyarakat lebih baik pendidikan itu tidak samasekali diberikan padamu. Seperti yang disebutkan oleh Tan Malaka. Nantinya kita akan diminta pertanggung jawaban dimasa muda,” ujar Syaifullah.
“Sirah Ashabul Kahfi, Abu Bakar, dan Zaid bin Sabit harus selalu menjadi inspirasi. Umat Islam tidak pernah membuat perpecahbelahan karena Islam adalah agama rahmatan lil alamin. Islam punya kekuatan di anak mudanya. Contoh Muhammad Alfatih merupakan sebaik-baiknya pemimpin pada masa itu. Islam tidak pernah kekurangan pemuda luar biasa. Jangan pernah merasa lebih dari orang lain, menyadari ada orang yang lebih baik dari diri kita,” tambah Ustaz Urwatul Wusqa.
Bang Nasir juga mengingatkan pemuda terkait sejarah pergerakan kepemudaan di Indonesia dan rangkaian sejarah konflik yang terjadi.[Wnd/rls]