ChanelMuslim.com – Peneliti Pusat Studi Gempa Nasional (PUSGEN) Dr. Nuraini Rahma Hanifa menceritakan pengalamannya pada saat mengalami gempa megathrust dan menjelaskan dampak megathrust selat Sunda, dalam agenda diskusi bertajuk “Potensi Megathrust Selat Sunda dan Seberapa Siapkah Kita” di Auditorium KH. Ahmad Dahlan Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta Pusat, Jumat (23/8).
“Megathrust yang pernah saya alami pada saat gempa Jepang tahun 2011. Saat itu saya berada di Ibukota Tokyo, yang jaraknya 400 kilo meter dari pusat gempanya,” tuturnya saat bercerita.
Nuraini menjelaskan, waktu itu gempanya sangat kuat dan saya berada di Universitas Jepang, diibaratkan di atas kapal yang berayun, goncangannya sangat kuat dan sangat lama.
Tambahnya, ketika terjadi Megathrust, maka kita membutuhkan pegangan agar tidak terjadi yang kita inginkan.
“Apabila terjadi gempa, kita jangan panik, karena panik akan membuat kita hilang kendali,” tegasnya.
Sedangkan untuk potensi megathrust selat Sunda, Peneliti Pusat Studi Gempa Nasional (Pusgen), Nuraini Rahma mengatakan bahwa potensi megathrust selat Sunda tidak terlalu berdampak besar ke wilayah DKI Jakarta. Meski potensi tsunami akibat megathrust di Selat Sunda bisa saja terjadi di Jakarta.
“Goncangan megathrust Selat Sunda bisa sampai terasa ke Jakarta, kalau tsunaminya kecil,” jelas Nuraini saat ditemui ChanelMuslim.com usai menghadiri diskusi bertajuk ‘Potensi Megathrust Selat Sunda dan Seberapa Siapkah Kita?’ di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (23/8).
Nuraini menyebutkan dampak yang besar akibat megathrust Selat Sunda bisa saja dirasakan di wilayah Selatan Jawa.
Menurutnya, wilayah Selatan Jawa seperti Pangandaran, Cianjur, Sukabumi, dan Banten Selatan bisa terdampak gelombang tsunami hingga 20 meter akibat megathrust Selat Sunda.
“Tapi kalau Banten yang sudah di sisi Selat Sunda paling 8 meter. Kalau Jakarta lebih kecil lagi mungkin 1 meter enggak sampai,” ungkapnya.[ind/Syifa]