ChanelMuslim.com – Mantan Narapidana Teroris (Napiter), Haris Amir Falah mendukung langkah pemerintah untuk tidak memulangkan ratusan WNI eks ISIS ke Indonesia yang ada di luar negeri.
"Mereka yang berangkat kesana (Suriah), sebelumnya karena sudah berbait dengan ISIS namun belakangan siapapun bisa berangkat kesana asal memiliki pemahaman yang sama dengan ISIS. Mereka WNI yang berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS, mayoritas atas dasar ideologis bahkan mereka meyakin kekufuran NKRI dan tidak mengakui lagi NKRI sebagai negara mereka," ungkap Haris dalam acara dialog yang digelar di salah satu hotel di kawasan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, hari Sabtu lalu.
Namun diakui oleh Haris, ada juga yang berangkat kesana karena ketidaktahuan mereka dan bukan karena alasan ideologi.
“Mereka pergi karena terpengaruh, bukan karena ideologi,” ujar Haris.
Haris yang pernah masuk penjara dalam kasus pendanaan latihan militer di Jantho, Aceh itu, mengaku dihubungi oleh beberapa keluarga WNI eks ISIS. Mereka meminta supaya kerabatnya bisa kembali ke Indonesia karena dinilai hanya menjadi korban belaka. Sementara mereka sendiri tidak meyakini ISIS.
Untuk yang seperti ini, Haris meminta pemerintah agar bisa mengkaji lagi pemulangan mereka khususnya wanita dan anak-anak. Meskipun dalam beberapa insiden terakhir, justru wanita yang lebih radikal daripada pria. Haris mencontohkan kasus di Sumatera Utara, malah suami yang terpapar radikalisme dari sang istri.
Terkait apakah para WNI eks ISIS yang sekarang berada di Suriah memungkinkan untuk berubah, Haris menegaskan bahwa siapapun bisa berubah walaupun perubahan itu sulit. "Menurut saya bisa fifty-fifty, bisa berubah atau malah jadi tambah radikal," paparnya.
Sebelumnya Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan Donny Gahral Adian dalam diskusi yang sama menegaskan bahwa pemerintah sudah sepakat tidak akan memulangkan 600an orang WNI eks ISIS yang ada di luar negeri. Tapi masih mengkaji wacana memulangkan anak-anak dari para kombatan ISIS asal Indonesia.
"Pemerintah masih melakukan kajian untuk mengetahui kemungkinan sejauh mana anak-anak terpapar ideologi radikal. Artinya ada yang memang hanya ikut saja, ada yang punya kemungkinan juga sudah infiltrated by radical ideology. Ini yang betul-betul harus dipantau, karena betul-betul kita tidak ingin membawa masalah," tegas Donny.[fq]