ChanelMuslim.com – Pelanggaran berat terhadap anak-anak dalam konflik tetap “sangat tinggi”, dengan pandemi virus corona meningkatkan kerentanan mereka terhadap penculikan, perekrutan dan kekerasan seksual, kata sebuah laporan temuan terbaru PBB.
Baca juga: Bias Memalukan Eropa atas Konflik Israel-Palestina
Dalam laporan tahunan Children and Armed Conflict (CAAC) (PDF), yang dirilis pada hari Senin kemarin, PBB mengatakan setidaknya 19.379 anak yang terkena dampak perang pada tahun 2020 menjadi korban pelanggaran berat seperti perekrutan atau pemerkosaan.
PBB memverifikasi total 26.425 pelanggaran berat, 23.946 di antaranya dilakukan pada tahun 2020 dan 2.479 dilakukan lebih awal tetapi hanya diverifikasi pada tahun 2020.
“Eskalasi konflik, bentrokan bersenjata dan pengabaian terhadap hukum humaniter internasional dan hukum hak asasi manusia internasional berdampak parah pada perlindungan anak-anak,” menurut laporan tersebut.
Menurut laporan itu, jumlah tertinggi pelanggaran berat tercatat di Afghanistan, Republik Demokratik Kongo (DRC), Somalia, Suriah, dan Yaman.
Sementara lebih dari 8.400 anak terbunuh atau terluka dalam perang yang sedang berlangsung, hampir 7.000 lainnya direkrut untuk berperang, terutama di DRC, Somalia, Suriah, dan Myanmar.
Kasus-kasus penculikan dan kekerasan seksual terhadap anak-anak yang terverifikasi meningkat masing-masing 90 dan 70 persen, katanya – dengan penculikan yang sering digabungkan dengan “perekrutan dan penggunaan anak-anak dan kekerasan seksual” termasuk pemerkosaan.
PBB mengatakan pandemi virus corona memperburuk kerentanan anak-anak yang ada, termasuk dengan menghambat akses mereka ke layanan pendidikan, kesehatan dan sosial, membatasi kegiatan perlindungan anak dan menyusutkan ruang aman.
Serangan terhadap sekolah dan rumah sakit juga lazim pada tahun 2020, termasuk serangan serius yang dilakukan terhadap pendidikan anak perempuan dan terhadap fasilitas kesehatan dan staf mereka.
Ada juga peningkatan penggunaan militer di sekolah dan rumah sakit, terutama dengan penutupan singkat sekolah selama penguncian COVID – menjadikannya sasaran empuk untuk pendudukan dan penggunaan militer, kata laporan itu.
“Perang orang dewasa telah merenggut masa kanak-kanak jutaan anak laki-laki dan perempuan lagi pada tahun 2020,” Virginia Gamba, Wakil Khusus Sekretaris Jenderal untuk CAAC, mengatakan.
“Ini benar-benar menghancurkan bagi mereka, tetapi juga untuk seluruh komunitas tempat mereka tinggal, dan menghancurkan peluang untuk perdamaian yang berkelanjutan.”[ah/aljazeera]