ChanelMuslim.com – “Jika aku tidak kembali, kamulah yang akan menjadi kepala keluarga. Apapun yang terjadi kamu harus menomorsatukan keluarga, mengerti!'
Begitulah kalimat terakhir ayahnya kepada Yoon Dok Su sebelum akhirnya mereka berpisah untuk selamanya di film Korea Selatan yang berjudul Ode To My Father.
Pada akhir Desember 1950, Cina memasuki Korea melalui Hangneum. Amerika pun keluar dari Hangneum. Untuk menghindari pasukan Cina, rakyat Korea pergi meninggalkan Hangneum menuju daerah lain yang dikuasai oleh Amerika. Mereka akhirnya diangkut oleh kapal perang Amerika yang segera meninggalkan pelabuhan Hangneum.
Keluarga Yoon Dok Su terpisah dari ayahnya yang mencari Yoon Mak soon, adik Yoon Dok Su. Pada tanggal 27 Juli 1953, Korea pun terpecah menjadi Korea Selatan dan Korea Utara. Keluarga Yoon Dok Suu harus berpisah dengan ayahnya yang berada di Korea Utara untuk selamanya. Peristiwa ini pun menimpa banyak keluarga. Mereka harus berpisah dengan beberapa anggota keluarga mereka. Kakak kehilangan adik. Ayah kehilangan anak, Istri kehilangan suaminya. Itu semua terjadi karena pembagian wilayah ini.
Perang Korea masih menyisakan duka hingga sekarang. Secara teknis, Korea Utara dan Korea Selatan masih berperang hingga hari ini, meski kedua negara berusaha membangun komunikasi perdamaian.
Bukti nyata yang memisahkan kedua negara serumpun tersajikan dengan jelas pada Zona Demiliterisasi (DMZ) yang membentang di sebagian besar perbatasan mereka yang juga memisahkan jutaan tali keluarga.
DMZ menyisakan kisah tragis perang Korea, namun menyimpan optimisme dan harapan untuk sebuah perdamaian. Seorang fotografer asal Korea Selatan, Choi Byung-kwan, baru saja membuka pameran foto bertajuk Korea's DMZ in Search for the Land of Peace and Life di Ruang Temporer Museum Nasional, pada yang dibuka Senin 24 Juni lalu.
[gambar1]
Melalui pameran karya fotografi Choi Byung-kwan ini diharapkan dapat mengubah pemahaman masyarakat dunia terhadap Zona Demiliterisasi, yang selalu identik dengan peristiwa tragis dan sisi gelapnya. DMZ menjadi simbol dari semangat perdamaian dan rekonsiliasi.
“Meskipun, saat ini masih dalam situasi yang sulit. Saya rasa pameran ini akan membawa pesan perdamaian dan persatuan," ujar Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Kim Chang-beom (kompas.com). [Maya]