Di tengah melonjaknya serangan Islamofobia di Eropa, jumlah kejahatan kebencian menargetkan perempuan Muslim di Inggris meningkat hingga 10% selama dua tahun terakhir, menurut sebuah proyek nasional yang mengukur insiden anti-Muslim.
“Selama dua tahun terakhir data kami menunjukkan bahwa kaum perempuan lebih banyak mengalami insiden kebencian dan mereka juga menderita insiden agresif kebencian,” ujar Fiyaz Mughal, direktur TELL MAMA, mengatakan kepada Sky News Senin kemarin (29/12/2014).
“Jilbab tampaknya mendelegitimasi rasa feminitas di mata para pelaku. Dan ini tampaknya menjadi sesuatu yang sasaran utama perempuan berjilbab, daripada individu,” tambahnya.
Menurut Mughal, jumlah kejahatan kebencian menargetkan perempuan Muslim mengalami peningkatan 5-10% selama 18 bulan terakhir.
Dia juga mengatakan bahwa jumlah perempuan berjilbab melaporkan kejahatan rasial juga dua kali lipat dalam dua tahun terakhir.
Namun, TELL MAMA tidak bisa menilai secara detail peningkatan serangan ini karena masih kurangnya pelaporan dari para korban.
Perempuan Muslim kemungkinan menghadapi serangan lisan atau fisik terutama oleh laki-laki, menurut sebuah penelitian yang dilakukan TELL MAMA.
Laporan sebelumnya oleh lembaga think-tank Chatham House mengidentifikasi sentimen Islamofobia cukup besar di Inggris.
Survei dari Financial Times menunjukkan bahwa Inggris menjadi negara yang paling mencurigai Muslim.
Yasmeen Khalid, dari Bromsgrove, adalah salah satu perempuan Muslim yang menjadi sasaran empuk serangan Islamofobia dalam beberapa bulan terakhir.
Perempuan berusia 21 tahun ini hanya melaporkan dua insiden kejahatan rasial dari 30 serangan yang berbeda yang ia hadapi.
“Dengan melihat, mereka langsung tahu saya Muslim. Kadang-kadang orang memanggil saya seorang teroris, kadang-kadang mereka mengatakan ‘Paki’, kadang-kadang mereka memanggil saya ‘Taliban’ atau hal-hal seperti itu,” ujar perempuan Muslim muda berjilbab ini.
Korban Islamofobia lainnya adalah shalina Litt dari Birmingham, dia mendesak kaum perempuan untuk melaporkan serangan kejahatan rasial terhadap mereka
“Sebenarnya kami adalah ibu, kami adalah putri, kita semua bersaudara,” tegasnya.[af/onislam]