Chanelmuslim.com- Mahkamah Konstitusi (MK) Palestina memutuskan bahwa wilayah Gaza tidak berhak mengikuti pemilu yang akan diselenggarakan tahun ini. Pemilu hanya boleh diikuti oleh warga wilayah Tepi Barat saja.
Sedianya, pemilu Palestina dijadwalkan pada 8 Oktober 2016. Namun, pengadilan tinggi di kota Ramallah memutuskan untuk menunda pelaksanaan pemilu karena kesertaan wilayah Gaza masih dalam proses pembahasan.
MK Palestina akhirnya meminta KPU Palestina untuk menjadwal ulang pelaksanaan pemilu.
“Keputusan Mahkamah memerintahkan pemerintah untuk melakukan pemilu secara lokal,” ucap Ketua MK Palestina, Hisham al-Hatoo di Ramallah.
Hisham juga menjelaskan bahwa tidak disertakannya Gaza dalam pemilu karena tidak adanya garansi dari pemerintah Hamas untuk siap menyelenggarakan pemilu secara benar.
Keputusan ini kian memperburuk situasi di Palestina setelah sebelumnya di tahun 2006, pemilu Palestina juga hanya dikhususkan untuk wilayah Tepi Barat. Seperti diketahui, Wilayah Tepi Barat dikuasai partai Fatah pimpinan Presiden Palestina, Mahmud Abbas.
Sejak tahun 2007, Palestina akhirnya terpecah menjadi dua wilayah: Tepi Barat dan Gaza. Dan sekali lagi, momen untuk bisa terjadinya penyatuan berbuntut kegagalan.
“Kebijakan ini sangat politis dan kental akan kepentingan internal pemerintah yang berkuasa,” ucap juru bicara Hamas, Sami Abu Zuhri, dalam jumpa pers sebagai pernyataan penolakan terhadap keputusan MK ini.
Menteri dalam negeri Palestina, Jehad Mashaqi, menyatakan bahwa kebijakan pemilu hanya di Tepi Barat ini sebagai bentuk kepatuhan terhadap keputusan MK.
Keputusan ini juga dikeluarkan setelah partai Fatah yang berkuasa menuduh Hamas melakukan sabotase dengan keputusan pengadilan Gaza yang tidak menyertakan Jerusalem Timur sebagai peserta pemilu.
Saat ini, lebih dari 400 anggota dewan berasal dari Tepi Barat setelah pada tahun 2012 Hamas memboikot pemilu Palestina. Terakhir, Gaza mengikuti pemilu Palestina pada 11 tahun lalu.
Sebenarnya, Hamas sudah menerima terjadinya rekonsiliasi dengan siap menjadi peserta pemilu tahun ini. Namun, keputusan Hamas ini justru membuat khawatir para petinggi partai Fatah.
Pada pemilu tahun 2006, Hamas pernah membuat kejutan dengan menguasai mayoritas kursi parlemen. Namun, masyarakat internasional yang dipelopori Amerika dan Eropa menolak hasil ini.
Hal tersebut dengan alasan sebagai penghormatan kepada proses perdamaian antara Palestina dengan Israel yang dikhawatirkan akan terganggu. Bahkan, Amerika dan Eropa memasukkan Hamas sebagai daftar hitam organisasi teroris. (mh/Aljazeera)