ChanelMuslim.com – Di bagian Selatan ibukota Provinsi Gorontalo terdapat sebuah masjid yang bersejarah, Masjid Hunto Sultan Amay yang didirikan sebagai mahar pernikahan.
Hunto singkatan dari “Ilohuntungo” yang berarti basis atau pusat perkumpulan agama Islam. Nama Sultan Amay merujuk pada salah seorang pemimpin Kerajaan Gorontalo yang pertama kali masuk Islam.
Masjid ini didirikan oleh Sultan Amay pada tahun 1495. Masjid tertua di Gorontalo ini merupakan mahar pernikahannya dengan Putri Boki Antungo, anak perempuan Raja Palasa dari Mautong Sulawesi Tengah.
Begitulah permintaan pihak keluarga Sang Putri saat beliau berniat menikahinya tak lama setelah mengikrarkan diri masuk Islam.
Sejak awal oleh sang pendiri masjid ini dijadikan sebagai basis perkembangan agama Islam di kota yang dikenal dengan julukan “Serambi Madinah” ini. Sampai-sampai, Sultan Amay mengundang Ulama terkemuka dari Arab Saudi yang bernama Syekh Syarif Abdul Aziz, yang makamnya ada dalam areal masjid sampai hari ini, untuk mengajarkan dan menyebarkan Islam di Gorontalo.
Masjid Hunto Sultan Amay ini berada di Kelurahan Biawu, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo.
Saat bimasaislam mengunjungi beberapa waktu lalu (30/12), masjid yang telah tercatat sebagai cagar budaya pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Gorontalo ini telah mengalami renovasi.
Bangunan utama masjid yang berukuran 12 x 12 meter masih terjaga keasliannya, begitupun dengan keberadaan Makam Sultan Amay dan Syekh Syarif Abdul Aziz yang terletak di depan pengimaman hanya berbeda ruangan dan memiliki pintu tersendiri.
Sedangkan di bagian depan dan samping telah dibangun beberapa ruangan tambahan. Di depannya kini ada ruangan tambahan seluas 60 meter persegi, dan di sebelah utara ruang utama juga dibangun ruangan tambahan dengan ukuran 8 x 12 meter.
Saat berbincang santai dengan Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Sultan Amay, Syamsuri Kaloku, terungkap bahwa sejauh ini perhatian pemerintah terhadap masjid tersebut masih kurang. Pernah dibantu dana operasional beberapa kali tapi tidak berlanjut.
“Sekarang kami swadaya menutupi kebutuhan operasional masjid”, jelasnya kepada bimasislam dengan tetap tersenyum.
Bahkan, mereka menyampaikan harapan dapat bantuan Kemenag untuk mendirikan Perpustakaan Islam di salah satu ruangan yang ada.
“Ini bangunan bersejarah dan sudah menjadi cagar budaya, sayang kalau tidak dijaga dan diberdayakan,” ujar Syamsuri dalam sumber yang sama.
(jwt/bimasislamkemenag)