MANTAN Politisi Sayap Kanan Belanda yang juga aktivis Islamofobia Joram Van Klaveren menceritakan perjalanan masuk Islam empat tahun lalu, yaitu tahun 2019.
Lahir pada tahun 1979 di Amsterdam dari keluarga Calvinis yang taat, Klaveren tertarik pada sistem kepercayaan yang berbeda sejak masa mudanya.
“Sebagai anak muda, saya memiliki keraguan tentang teologi Kristen, misalnya tentang Trinitas, karena terkadang saya agak bingung,” kata Van Klaveren kepada Anadolu Agency.
“Jika kamu berdoa, apakah kita berdoa kepada Yesus Kristus? Apakah kita berdoa kepada Allah Bapa? Apakah kita berdoa kepada Roh Kudus? Saya tidak tahu sama sekali,” katanya.
Setelah serangan 9/11 dan serangan tahun 2004 terhadap pembuat film terkenal, dia mengambil keputusan untuk bergabung dengan Partai Kebebasan Islamofobia, yang dipimpin oleh Islamofobia Geert Wilders.
Namun, dia meninggalkan partai tersebut pada tahun 2004 karena argumen Wilders tentang orang Maroko di Belanda.
Baca Juga: Mahasiswa Muslim Belanda Menuntut Hari Raya Idul Fitri Sebagai Hari Libur Nasional
Mantan Politisi dan Aktivis Islamofobia Belanda Menceritakan Perjalanannya Masuk Islam
“Yah, saya lakukan, saya pikir semua yang saya bisa untuk melawan Islam. Tapi pada 2014 saya keluar dari partai karena ada argumen tentang orang Maroko,” ujarnya.
Ia bahkan menulis buku pada tahun 2014 untuk “memperingatkan orang-orang” tentang Muslim, beberapa pertanyaan tentang Kristen muncul lagi.
“Saya pikir, yah, saya harus membaca ulang hal-hal yang menurut saya sudah saya ketahui tentang agama Kristen juga, karena saya membuat perbandingan antara konsep Tuhan dalam agama Kristen dan Islam,” katanya.
Dan pada akhirnya, ia berpikir bahwa apa yang diyakini Muslim lebih logis daripada apa yang diyakini Kristen tentang konsep Tuhan ini.
Mencari jawaban tentang Islam, dia meminta bantuan akademisi Inggris Abdal Hakim Murad, sebelumnya dikenal sebagai Timothy John sebelum masuk Islam.
“Kemudian pada akhirnya saya mendapatkan ada 2 Islam. Tentu saja hanya ada satu Islam, tapi saya mendapatkan Islam dari Orientalis, Barat, orang-orang yang bukan Muslim, dan (kemudian) Islam yang ‘sesungguhnya’.”
Mengambil keputusan untuk menjadi seorang Muslim, ia percaya salah satu hal yang memicu Islamofobia adalah budaya massa yang menggambarkan Muslim sebagai teroris terutama di film-film Hollywood.
“Saya pikir itu masalah terbesar saat ini, kamu memiliki media. Dan media menggambarkan (ini) karena berita negatif laku,” kata Van Klaveren.
Ia mengatakan, propaganda media yang menjadikan Islam dekat dengan teroris terus diulang-ulang di media.
“Jadi hal-hal negatif seperti serangan teroris dan semacamnya, terus berulang, berulang dan itu tentu saja membentuk pikiran banyak orang yang sudah bias,” tambahnya.
Masuk Islam, dia mengikuti jejak Arnoud Van Doorn, mantan anggota PVV lainnya yang masuk Islam pada April 2012.
Kedua politisi tersebut bukan satu-satunya anggota partai sayap kanan Eropa yang menemukan Islam.
Maxence Buttey, seorang anggota dewan di pinggiran timur Paris Noisy-le-Grand, juga masuk Islam pada Januari 2016.
Buttey mengirim pesan video ke sesama pejabat partai Nasional Front anti-imigrasi untuk memuji kitab suci umat Islam, Al-Qur’an dan meminta mereka untuk bergabung dengannya.
Arthur Wagner, anggota partai sayap kanan Jerman lainnya, juga masuk Islam pada 2018, meninggalkan posisinya di komite eksekutif nasional partai.[ind/aboutislam]