ChanelMuslim.com – Warga Swedia pekan ini akan disuguhi pemandangan baru yaitu adanya seorang anggota parlemen Swedia yang akan memberikan pidato dengan jilbab di kepalanya.
Leila Ali Elmi, yang tiba di negara itu ketika berusia dua tahun setelah keluarganya meninggalkan perang saudara di Somalia, akan membuat debut parlementernya setelah memenangkan kemenangan mengejutkan dalam pemilihan musim gugur ini. Dirinya menjanjikan suara untuk orang-orang yang ditargetkan oleh gelombang permusuhan terhadap imigrasi.
"Saya terpilih karena banyak reaksi dari aksi rasis," katanya di kantor partai Hijau di Stockholm. "Mereka tidak benar-benar siap untuk itu, tapi di sinilah aku."
Leila Ali Elmi, 30 tahun, mewakili sisi lain dari pemilihan yang didominasi oleh masalah imigrasi dan mengalami peningkatan dalam pemilihan dari kelompok sayap kanan. Dia berjuang pada isu-isu yang paling dekat dengan penduduk Angered, seperti masalah pengangguran, kepadatan penduduk, pemecatan dan pemisahan.
Pemisahan etnis di pinggiran kota Swedia menarik perhatian internasional pada awal 2013 ketika sekelompok anak muda melakukan kerusuhan di utara Stockholm, membakar mobil dan sekolah serta berkelahi dengan polisi. Mereka mengatakan mereka marah pada rasisme polisi dan merasa seperti warga kelas dua meskipun telah lahir di negara itu.
Sejak saat itu, telah terjadi gejolak ketika para pemuda bertopeng yang bersenjata dengan bom molotov membakar 80 mobil di pinggiran kota Gothenburg. Bentrokan antar geng, penembakan dan bahkan serangan granat telah menyebabkan beberapa politisi mengklaim pinggiran kota adalah zona larangan bepergian yang tak dapat dikendalikan.
Partai Demokrat Swedia dari kubu sayap kanan telah efektif dalam menghubungkan masalah-masalah ini dengan imigrasi. Partai memenangkan 17% suara dalam jajak pendapat September, naik dari 12% pada tahun 2014, tetapi tidak cukup untuk mendorong Konservatif turun ke tempat ketiga seperti yang banyak diperkirakan.
Partai ini juga telah mengubah mainstream politik ke kanan. Swedia telah bergerak jauh dari tahun-tahun menjelang tahun 2016 ketika menyambut 370.000 pencari suaka – sejauh ini jumlah terbesar terhadap populasi negara Eropa manapun.
Namun bagi Leila Ali Elmi, masalahnya bukan imigrasi melainkan kondisi di mana kebanyakan orang dengan latar belakang imigran hidup. "Para Demokrat Swedia mengatakan semua yang salah di sini adalah karena imigran, karena Swedia membawa terlalu banyak orang ke negara ini, tetapi ini adalah fiksi. Itu tidak benar, ”katanya.[ah/anadolu]