ChanelMuslim.com- Tersebutlah sebuah masa di negeri antah berantah. Saat itu, kerajaan dipimpin seorang raja muda yang menamakan gelar kehormatannya sebagai Raja Kecebong.
Nama kecebong begitu ngetop lantaran sang raja muda begitu hobi dengan memelihara kecebong. Hobi itu berlangsung sejak sang raja masih berusia balita. Kemana ia pergi, selalu ada kecebong di toples mainannya.
Bagi raja, kecebong bukan sekadar hobi. Melainkan, memiliki filosopi tersendri. Menurutnya, kecebong sebagai perwujudan kerja keras generasi muda untuk mencapai cita-cita yang nyaris tak mungkin.
Sayangnya, ada satu kelemahan dari sang raja kecebong. Ia terlanjur mempercayai sebuah ramalan dari seorang penasihat senior kerajaan.
“Suatu saat, kamu akan dijatuhkan oleh ibu berkerudung,” ucap sang penasihat bijak kerajaan yang saat itu sudah meninggal dunia.
Awalnya, ramalan itu sebagai hal biasa bagi raja. Namun setelah beberapa kali mimpi tentang sosok ibu berkerudung yang baginya sangat menakutkan, was was itu pun menjadi bayangan yang paling horor bagi sang raja.
Ia pun memerintahkan agar seluruh pegawai istana, khususnya yang perempuan, dilarang mengenakan kerudung. “Siapa pun yang membandel, akan dipecat,” tulis sebuah aturan yang ditandatangani raja.
Bukan itu saja, raja yang selalu bersama kecebong peliharaannya memerintahkan pengawal istana untuk menangkap siapa pun yang berkerudung di sekitar istana.
“Apa kamu nggak keterlaluan bertingkah seperti itu?” ucap ibu sang raja yang khawatir dengan perkembangan puteranya.
“Tidak, Bu. Aku hanya berjaga-jaga untuk keselamatan kita,” jawab sang raja kecebong begitu yakin.
Meski sebagai raja, raja kecebong sangat menghormati ibunya. Apa pun yang ibunya perintahkan, ia tak pernah menolak.
Suatu hari di dekat gerbang istana, ada seorang ibu berkerudung membawa bungkusan warna hitam. Ibu itu seperti melihat-lihat sekeliling gerbang istana. Sangat mencurigakan.
Hanya dalam hitungan menit, ibu berkerudung dengan bungkusan hitam itu pun ditangkap pasukan kerajaan. Saat dalam penjara, ibu itu digeledah. Tak ada apa pun yang mencurigakan, selain bungkusan hitam.
Setelah diperiksa, ternyata isi bungkusan hitam itu beberapa kemasan obat jamu tradisional. Tak mau ambil resiko, raja langsung memerintahkan untuk memusnahkan isi bungkusan itu, ibu berkerudung itu pun diusir jauh dari istana.
Beberapa hari kemudian, ada sosok ibu berkerudung lain yang juga tak kalah mencurigakan. Ibu ini pun mengalami nasib yang sama dengan ibu berkerudung sebelumnya. Ia ditangkap.
Setelah digeledah, tak ada yang mencurigakan dari sang ibu kecuali sebuah cairan dalam botol yang kemudian diperiksa pengawal kerajaan. Sang ibu bersikeras bahwa cairan itu hanya minyak gosok.
Namun, seperti tak mau ambil resiko, raja sekali lagi memerintahkan untuk mengusir sang ibu berkerudung itu jauh-jauh dari istana dan memusnahkan cairan minyak dalam botol itu.
Hari-hari berikutnya tak ada lagi penampakan sosok ibu berkerudung di sekitar istana. Raja kecebong pun merasa lega. Aaah, ia mulai bisa bernafas lega.
Seorang pegawai istana datang dengan terburu-buru menemui pengawal raja. “Tuan, Bunda Ratu. Bunda Ratu, tuan,” ucapnya menunjukkan wajah kepanikan.
“Ada apa dengan ibuku?” tanya sang raja.
“Ibu sakit keras, baginda. Baginda diminta berkenan menemui Bunda Ratu,” ucap seorang ibu yang dikenal sebagai pelayan Bunda Ratu.
Setelah berada di samping pembaringan ibunya, sang raja tampak sedih. Ia tak tega dengan keadaan ibunya yang tiba-tiba dalam keadaan sekarat seperti itu. Tubuh sang ibu terkulai lemas tak berdaya. Hanya tatapan mata dan ucapan yang masih bisa terdengar samar.
“Ibu kenapa? Ibu sakit apa?” ucap sang raja begitu lembut.
“Sakit ibu kambuh, Nak. Obat khusus ibu habis, dan seluruh persendian ibu kaku,” ucap sang Bunda Ratu.
“Di mana aku bisa belikan obat khusus untuk ibu, dan di mana aku bisa mencari tabib yang bisa mengurut sendi-sendi ibu?” tanya sang raja lagi.
“Biasanya, ada ibu yang membawakan obat khusus ibu, berupa ramuan jamu yang dibuat khusus dari campuran akar-akar pohon langka di sekitar gunung api sana,” jelas sang ibu agak samar tapi masih bisa dipahami.
“Maaf ibu, apakah sang ibu itu berkerudung?” tanya sang raja.
“Iya. Nenek itu biasa berkerudung dengan membawa bungkusan obat warna hitam,” ucap sang Bunda Ratu yang kemudian diiringi anggukan kecil sang raja.
“Maaf lagi, ibu. Apakah yang biasa mengurut persendian ibu juga seorang ibu berkerudung dengan cairan minyak dalam botol?” tanya sang raja lagi.
“Iya benar. Ia seorang nenek yang biasa berkerudung dan membawa minyak urut dalam botol warna hijau,” ucap Bunda Ratu mulai agak curiga.
“Maaf, ibu. Aku melakukan kesalahan besar. Sebetulnya, keduanya sudah datang ke istana. Tapi karena berkerudung, aku usir keduanya sejauh-jauhnya dari istana. Dan, aku pun sudah perintahkan pengawal untuk memusnahkan obat dan minyak itu,” jelas sang raja sambil menampakkan wajah penyesalan.
Tiba-tiba sang ratu langsung terduduk dari pembaringannya. Matanya melotot ke arah sang raja yang juga puteranya.
“Dasar anak bodoh. Anak kecebong. Mulai saat ini, kamu aku pecat sebagai raja! Biar pamanmu yang akan menggantikanmu untuk selamanya!” titah sang Bunda Ratu yang diamini punggawa istana. (muhammad nuh)