• Tentang Kami
  • Iklan
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
Jumat, 9 Mei, 2025
No Result
View All Result
FOKUS+
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
Home Ayah Bunda

Konsep Pendidikan Anak Zero Mistake and Zero Tolerance

November 8, 2021
in Ayah Bunda
Konsep Pendidikan Anak Zero Mistake and Zero Tolerance

Foto: Unsplash

201
SHARES
1.5k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegram
Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM
ADVERTISEMENT

ChanelMuslim.com – Konsep Pendidikan Anak Zero Mistake and Zero Tolerance, Oleh: Yeti Widiati S.

“Anak saya tidak boleh main games bu. Kalau main games akan saya hukum”
“Kok nilainya hanya 9, masih ada yang salah ini”
“Kamu ini musti rajin belajar, jangan main melulu … ” (note: anak sekolah fullday Senin-Jumat, Sabtu-Ahad les)
“Kenapa kamu lihat-lihat BF, kamu bikin malu orangtua saja …”
Dll …

Ada saja saya menemukan orangtua yang memiliki standar “zero mistake” untuk anak-anaknya. Orangtua seperti ini juga biasanya menjadi “zero tolerance” pada kesalahan yang dibuat anak.

Konsekuensi ikutannya adalah, orangtua cerewet dan mudah emosi. Anak patuh tapi stres. Atau anak oposisional, berontak dan melawan.

Baca Juga: Menyelamatkan Akhlak Anak dengan Pendidikan Agama

Konsep Pendidikan Anak Zero Mistake and Zero Tolerance

Konsep zero mistake dan zero tolerance sebetulnya baik bila ditempatkan pada tempat yang tepat, misalnya ketika kita bicara tentang pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan keselamatan.

Pilot, Masinis, Dokter bedah syaraf, teknisi nuklir, apoteker atau orang-orang dalam bidang teknik yang berkaitan dengan operasional peralatan.

Hal yang kerap lupa atau luput diingat oleh orangtua kelompok ini antara lain:
1. Anak bukanlah mesin atau benda mati. Anak adalah makhluk yang sedang bertumbuh dan berkembang.

2. Berbuat salah pada anak adalah cara anak belajar. Kadang agak berbeda dengan orang dewasa yang seringkali melakukan kesalahan karena intensi atau dengan kesengajaan untuk mencapai tujuan tertentu.

3. Orangtua lupa kalau dia dulu pernah menjadi anak dan juga melakukan kesalahan yang sama.

4. Melakukan kesalahan itu berbeda dengan karakter buruk.

5. Anak berbuat kesalahan tidak selalu karena mereka sengaja melakukan, tapi boleh jadi karena mereka belum belajar bagaimana cara yang benar. Biasanya ini terjadi karena lebih banyak larangan daripada contoh perbuatan yang benar.

6. Berbeda dengan cara berpikir induktif dalam sains bahwa yang paling benar itu hanya satu, maka dalam kehidupan sosial, yang ditandai dengan cara berpikir deduktif, hal yang baik dan benar itu bisa banyak.

Jadi, kalau kita ingin mencapai tujuan maka ada banyak cara yang bisa kita lakukan, bukan hanya satu cara. (Note: ini bukan konteks bahasan agama)

7. Kesalahan memang memiliki konsekuensi, tapi respon emosi berlebihan terhadap kesalahan apalagi diikuti dengan label, cenderung kontraproduktif dengan tujuan yang ingin dicapai.

8. Melakukan kesalahan bukanlah “kiamat”. Perbaiki saja dan kemudian cari cara yang lebih baik. Banyak orang sukses, sebelumnya melakukan banyak kesalahan. Alih-alih terpuruk, mereka mencari jalan atau alternatif lain untuk mencapai tujuannya.

9. Manusia itu tidak seragam. Anak tidak selalu sama dengan orangtuanya bahkan dengan saudaranya sekalipun. Jadi, cara yang efektif bagi seseorang belum tentu efektif buat orang lain.

10. Dan anak bukanlah nabi. Mereka manusia yang tidak sempurna. Ada kelemahan meskipun pasti ada kelebihannya juga.

Last but not least, kita sendiri sebagai orangtua menyadari penuh kelemahan kita sebagai manusia. Kalau kita ingin orang lain memahami dan berempati terhadap kesalahan-kesalahan yang kita buat, maka pahami dan berempatilah terhadap anak kita sendiri saat mereka melakukan kesalahan-kesalahan ….

Wallahu’alam

Note lagi: Tulisan ini berdasarkan observasi terhadap kasus-kasus real

18 Agustus 2015

[ind]

Tags: Konsep Pendidikan Anak Zero Mistake and Zero Tolerance
Previous Post

Ketika Raja Kecebong Takut Kerudung

Next Post

Sarapan Pagi dengan Ubi Jalar Lapis Telur Panggang

Next Post

Sarapan Pagi dengan Ubi Jalar Lapis Telur Panggang

Hari Tasyrik

Ini Penjelasan Tya Ariestya tentang Embrio Telur di Program Bayi Tabungnya

.:: TERPOPULER

Chanelmuslim.com

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga

Navigate Site

  • IKLAN
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • REDAKSI
  • LOWONGAN KERJA

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga