ChanelMuslim.com – Youth Saldado bersama Ikatan Remaja Masjid Fathullah menyelenggarakan gelar wicara One Day For Caring for Lombok & Sulteng. Kegiatan tersebut mengundang pembicara dari kaum milenial yang sukses di bidang masing-masing. M Rizky Rizaldy seorang praktisi ekonomi Islam yang lulus dari Durham University, Muhammad Syahrimal Ishak seorang dokter muda yang berkarir sebagai relawan kemanusiaan. Terakhir, Hardy Agusman, seorang ustaz muda yang waktu kecilnya menjadi pemulung. Kini, beliau aktif di Dompet Dhuafa.
Menurut Irnawati, pendiri komunitas Youth Saldado ini diadakan acara ini untuk memberikan semangat berbagi pada sesama. Apalagi saat ini masih tahap rehabilitasi bencana.
"Lombok dan Sulteng masih memerlukan bantuan kita semua. Semoga dengan hadirnya ketiga pembicara ini bisa memberikan semangat berbagi pada diri kita semua,"katanya di depan peserta gelar wicara One Day For Caring for Lombok & Sulteng di Masjid Fathullah, Ahad (16/12/2018).
Untuk mempunyai semangat berbagi menurut Aldy, salah satu pembicara adalah menjadi muslim yang ideal di hadapan Alloh. Untuk menjadi muslim yang ideal, kata dia, maka orang itu harus berbuat kebaikan pada orang lain.
"Untuk berbuat berani diperlukan keberanian. Contohnya ketika melihat seorang nenek tua yang mau menyeberang jalan. Maka, jika kita mempunyai jiwa menolong maka kita harus berani menyeberangkan nenek tersebut. Jangan takut ketabrak kendaraan, tentu saja harus hati-hati,"katanya.
Begitu juga ketika melihat ada orang yang tergeletak di jalan karena tertabrak kendaraan. Ketika kita melihat orang itu, tentu saja harus berani menolong.
"Jangan takut nanti dipanggil polisi, suruh membayar biaya rumah sakit. Orang baik harus berani berbuat kebaikan,"katanya.
Kedua adalah mempunyai Goals. "Kita harus punya goals dalam hidup kita. Apa itu goals? Cita-cita yang besar,"katanya.
Ia berpesan seorang muslim harus mempunyai cita-cita yang tinggi. Menjadi pribadi seperti Ibnu Sina, Khawarizmi, mempunyai sepuluh perusahaan dan sebagainya.
"Jangan kalau ditanya cita-cita lalu
menjawab ingin memberangkatkan orangtua haji. Itu kewajiban kita sebagai anak, bukan cita-cita,"katanya.
Karena kalau cita-cita seorang muslim harus bermanfaat untuk kebaikan Islam. Bukan untuk diri sendiri.
Ketiga, kata Aldy, adalah melakukan amalan melebihi kebiasaan orang lain.
"Ketika seseorang biasa belajar atau menuntut ilmu selama sepuluh menit, maka kita harus melebihi itu. Dua puluh menit, sejam, tiga jam,"katanya.
Alloh SWT, kata Aldy, pastinya akan memilih seseorang yang amalannya melebihi dari saudaranya.
"Makanya kalau mengerjakan ibadah jangan yang wajib saja. Tetapi kerjakan yang sunnah. Orang yang sholat tahajud mengapa mulia dihadapan Alloh, karena ia bangun ketika orang-orang sedang tidur,"tambahnya.
Ini berarti, kata Aldy, orang yang sholat tahajud adalah yang mempunyai goals dalam hidupnya.
"Jika tidak ada, pastinya ia tidak akan bangun malam untuk meminta doa kepada Alloh,"katanya.
Sedangkan dr Muhammad Syahrimal menceritakan mengenai profil dirinya. Ia merupakan lulusan dokter dari Universitas Hasanudin. Saat semester pertama, ia mengaku sudah ikut berbagai relawan kedokteran. Sehingga saat semester kedua, ia bisa menyunat anak kecil ketika saat itu diminta oleh warga.
"Sehingga di semester ketiga, saya sudah bisa mengajar anak baru,"kata pria yang masih bujang ini.
Setelah lulus kuliah, ia sempat melamar di pemda DKI sebagai dokter puskesmas. Namun, karena ia terbiasa di lapangan. Pekerjaan dokter dengan gaji tinggi itu ia tinggalkan.
"Padahal saat itu saya sedang masa kontrak,"ujarnya mengakui.
Kini, ia mengaku lebih 'plong' sebagai dokter karena bisa membantu orang banyak, apalagi saat ada yang menyampaikan terima kasih kepadanya.
"Sebetulnya seorang dokter tidak terlalu peduli apakah orang itu akan menyampaikan terima kasih atau tidak. Begitu juga dengan saya. Namun, ini berbeda ketika bekerja di lapangan. Sebuah perasaan bahagia itu selalu muncul ketika banyak orang yang sembuh,"katanya.
Berbeda dengan Aldy dan Muhammad Syahrimal, Hardy Agusman menceritakan bagaimana dulunya ia seorang pemulung dan bisa sampai sekarang. Ia harus berjuang, sekolah dan kini menjadi Koordinator Cordofa Dompet Dhuafa.
Ia berpesan kepada peserta untuk selalu berprasangka baik pada Alloh. Karena ketika kita sudah berprasangka baik maka pastinya Alloh SWT mewujudkan apa yang kita inginkan.
"Saya selalu berprasangka baik pada Alloh. Hal ini saya lakukan ketika ingin mempunyai keinginan. Yang paling terdekat ketika saya ingin menikah di tahun 2018. Keinginan saya itu sudah ada sejak tahun 2015. Selama tiga tahun itu saya persiapkan. Hingga bisa menikahi perempuan yang diinginkan,"katanya.
Oleh karena itu, ia mengajak kepada peserta agar selalu beprasangka baik kepada Alloh.
"Selain mempunyai goals, keberanian dalam berbuat kebaikan. Kita harus juga berprasangka baik pada Alloh,"pungkasnya (Ilham)