MENGGAPAI ketenteraman dan ketenangan hidup sangatlah diimpikan oleh semua orang.
Dari banyaknya rintangan yang dijalani, semua orang butuh mengistirahatkan diri sejenak, agar dapat melanjutkan apa yang menjadi tujuan hidupnya.
Ustaz Cahyadi Takariawan menjelaskan untuk mendapatkan kedua hal yang diimpikan manusia itu.
Zakiah Darajat (1990) menyatakan, ketenangan hidup, ketentraman jiwa atau kebahagiaan batin tidak banyak tergantung kepada faktor-faktor luar, seperti sosial, ekonomi, politik, adat kebiasaan dan sebagainya.
Ketenteraman jiwa lebih tergantung kepada cara dan sikap menghadapi faktor-faktor tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap para pasien yang terganggu kesehatan mentalnya, Zakiah menyimpulkan bahwa kesehatan mental yang terganggu dapat memengaruhi keseluruhan hidup seseorang.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Pengaruh itu adalah perasaan, pikiran, kelakuan, kesehatan badan. Adapun yang tergolong penyakit jiwa (psychoses) menjadi lebih berat lagi.
Sehat adalah kondisi dimana seseorang mampu terhindar dari gangguan jiwa (neorosis) dan penyakit jiwa (psychoses).
Penyakit jiwa (psichoses) adalah kelainan kepribadian yang ditandai oleh mental dalam (profound-mental) dan gangguan emosional.
Penyakit tersebut dapat mengubah individu normal menjadi tidak mampu menyesuaikan dirinya dalam masyarakat (abnormal).
Dua istilah yang dapat diidentifikasikan dengan psychoses ini adalah insanity dan dementia.
Insanity adalah kondisi yang menunjukkan bahwa individu itu kacau dan terganggu akibat tindakannya.
Sedangkan dementia digunakan untuk kebanyakan kelainan mental, tetapi secara umum kini diinterpretasikan sebagai sinonim dengan kekacauan mental (mental disorder) yang menyolok.
Baca juga: 6 Cara Mendapatkan Ketenangan Hidup
Menggapai Ketenteraman dan Ketenangan Hidup
Kebanyakan semua penyakit jiwa ini disertai dementia (James D, Page. 1978:209).
Seseorang yang terserang penyakit jiwa, kepribadiannya terganggu dan selanjutnya menyebabkan kurang mampu menyesuaikan diri dengan wajar dan tidak sanggup memahami problemanya.
Seringkali orang yang sakit jiwa tidak merasa bahwa dirinya sakit, sebaliknya ia menganggap dirinya normal, bahkan lebih baik, lebih unggul, dan lebih penting dari yang lain (Zakiah Darajat, 1990).
Hasan Muhammad as-Syarqawi dalam kitabnya Nahw ‘Ilmiah Nafsi (1970), membagi penyakit jiwa dalam sembilan bagian, yaitu: pamer (riya’), marah (al-ghadhab), lalai dan lupa (al-ghaflah wan nisyah), was-was (al-was-wasah), frustrasi (al-ya’s), rakus (tama’), terperdaya (al-ghurur), sombong (al-ujub), dengki dan iri hati (al-hasd wal hiqd).
Dalam kesehatan mental, sembilan sifat di atas merupakan indikasi dari penyakit kejiwaan manusia (psychoses).
Maka jika mengalami atau memiliki salah satu dari sembilan penyakit jiwa di atas, harus segera mengupayakan penyembuhan diri.[Sdz]