GEMPA Turki membuat terperangah banyak pakar. Dari jumlah korban yang begitu banyak, bisa dibilang, inilah gempa terdahsyat yang terjadi di Turki.
Sejumlah pakar kegempaan begitu prihatin dengan jumlah korban tewas yang terjadi di Turki. Bahkan tidak tertutup kemungkinan korban yang masih terkubur di reruntuhan bisa mencapai 180 ribu jiwa.
Hal ini disampaikan pakar kegempaan Turki, Ovgun Ahmet Ercan kepada media. Dari jumlah gedung-gedung yang runtuh, bisa diprediksi berapa kira-kira jumlah korban masih yang masih terkubur di reruntuhan.
Sejumlah faktor ikut memperburuk jumlah korban yang begitu banyak. Antara lain, waktu terjadinya gempa yang terjadi pada jam 4 pagi waktu Turki.
Jam 4 pagi di Turki berbeda dengan jam yang sama di Indonesia. Karena waktu Subuh di Turki pada jam 6.05 waktu Turki. Artinya terjadinya gempa masih ada selang dua jam lagi tibanya waktu Subuh.
Artinya, pada jam itu, umumnya warga masih terlelap tidur di tempat tinggal masing-masing. Sehingga ketika terjadi gempa, sulit buat mereka untuk bergegas menyelamatkan diri. Karena gempa hanya berlangsung dalam hitungan detik.
Seperti pada gempa tahun 1999 di Turki lalu. Meski durasi gempa tidak sampai satu menit, tapi jumlah korban jiwa mencapai 18 ribu jiwa. Hal ini juga karena terjadi pada saat dini hari.
Faktor lainnya adalah karena kedalaman gempa yang dangkal. Gempa yang berpusat di wilayah Nurdagi, provinsi Gaziantep ini terjadi dalam kedalaman sekitar 24 kilometer. Ini tergolong gempa dangkal yang bisa berdampak kehancuran fatal.
Selain itu, kualitas konstruksi bangunan juga ikut andil memperburuk jumlah korban. Dari tayangan video yang tersebar, terlihat bahwa tidak semua bangunan runtuh. Banyak juga yang gedung-gedung di sebelahnya yang tetap berdiri kokoh.
Kebijakan permukiman di Turki memang berbeda dengan di Indonesia. Di sana, masyarakat tinggal secara kolektif dalam gedung-gedung apartemen atau sejenis rumah susun. Sehingga ketika satu gedung roboh, jumlah korban bisa sangat banyak.
Untuk satu gedung saja, setidaknya ada 120 orang yang menetap di sana. Hal ini disampaikan seorang warga di wilayah gempa Turki bernama Ramadan.
Dari total 120 orang penghuni di gedung itu, menurutnya, hanya lima orang yang berhasil selamat. Termasuk ia dan puterinya. Sementara anggota keluarganya yang lain dan para tetangganya tewas terkubur reruntuhan.
“Bukan gempa yang membunuh kami, tapi buruknya kualitas gedung,” ujarnya kepada media.
Robohnya gedung-gedung dari lantai bawah hingga atas secara sempurna, selain berakibat fatal bagi penghuni, juga menyulitkan tim penyelamat untuk melakukan evakuasi korban. Karena mereka tertimbun dalam reruntuhan yang berlapis-lapis.
Faktor lainnya juga karena keterlambatan tim penyelamat yang tiba di lokasi. Hal ini bisa dianggap wajar dengan yang terjadi di Turki. Karena sebaran gedung-gedung yang roboh begitu luas sehingga menyulitkan tim penyelamat.
Bisa dibilang, dari mereka yang selamat dari reruntuhan tersebut dinilai sebagai keajaiban. Karena rata-rata korban baru bisa diselamatkan setelah lebih dari dua hari tertimpa reruntuhan. Atau lebih dari 50 jam.
Semoga prediksi para pengamat tentang jumlah korban tewas sebanyak 180 ribu jiwa tidak benar-benar terjadi. [Mh]