AKU mau cerita tentang hewan. Tapi bukan hewan kurban. Enggak penting sih, jadi tidak usah membaca kalau tidak ada waktu. Ini tentang kucing dalam kandang kecil. Enggak penting kan?
Namanya Foxy tapi karena yang mengurus dari sejak datang, Teh Ela, jadi dipanggilnya POXY. Fo jadi Po. Ciri khas orang Sunda.
Kayak uwakku dari kecil kalau ketemu aku suka memanggil aku Pipi. “Pipi geulis,” ceunah sambil memberi aku pisang. Mirip kayak onet-onet deh rasaku ketika itu.
Aku dari kecil suka kucing bahkan punya 7 ekor. Setiap pulang kuliah, aku kasih makan nasi padang dan ikan-ikan sisa.
Tukang nasi padang depan rumah tuh cs-an. Jadi setiap sore, aku halaqah sama 7 kucing yang melingkar sambil makan nasi padang bersama mereka.
Tapi mulai enggak suka sama kucing lagi ketika diduga mengalami toxoplasma waktu lahiran anak pertama dan rubella pas anak kedua.
Sampai dokternya kesal sama aku, belum sembuh dari toxo sudah hamil lagi, kena Rubella pula. Di situ aku menjadi kesal sama kucing agak menyalahkan gitu karena katanya virus toxo dari bulu kucing.
Lalu, datanglah Poxy untuk Ben yang berusia 6 tahun. Matanya mirip Ben. Imutnya sama dan matanya bulat nelongso.
Suatu hari, kakaknya Ben bermimpi. Si Poxy tenggelam dan main di air sehingga makin tenggelam. Kakaknya Ben bertanya, “Poxy, are you alright? Kenapa kamu main di air? Kamu kan enggak bisa berenang?”
Cerita tentang Hewan
Poxy dengan matanya yang sayu berkata lirih, “Biarlah aku lebih baik mati daripada aku dikurung di kandang kecilku.”
Kakaknya si Ben berusia 21 tahun bertanya lagi, “Jadi, mau kamu apa, Poxy?”
Poxy, “Biarkan aku bermain di luar kandang karena aku kucing rumahan. Perlakukan aku dengan baik.”
Paginya, si kakak maksa untuk aku menerima Poxy berkeliaran dalam rumah dan tidak dikandangkan lagi. Di situ aku mulai galau.
Apalagi si Poxy tipe yang akan besar dan langka. Kalau sudah gede katanya akan kayak anak singa.
Aduh, aku enggak bisa membayangkan hidup berdua dengan Poxy di rumah di kala suamiku ke kantor dan anak-anakku sekolah.
Jadi, siapa yang akhirnya dikandangkan? Dan siapa yang akhirnya hidup di luar kandang. Eta, terangkanlah.
Dari sahabat Nabi Muhammad, Ibnu Umar radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Seorang wanita dimasukkan ke dalam neraka karena seekor kucing yang dia ikat dan tidak diberinya makan, bahkan tidak diperkenankan makan binatang-binatang kecil yang ada di lantai.” (HR. Bukhari)
(Catatan Mam Fifi, Agustus 2019)
Baca Juga: Mam Fifi Salurkan Hewan Kurban Seberat 1 Ton
By: Fifi P. Jubilea, S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D. (Oklahoma, USA)
Founder and Owner of Jakarta Islamic School, Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS), Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc), Jubilea Islamic College
Visit: //www.facebook.com/fifi.jubilea
Jakarta Islamic School (JISc/JIBBS/JIGSc): Sekolah sirah, sekolah sunnah, sekolah thinking skills (tafakur), sekolah dzikir dan sekolah Al-Qur’an, School for leaders
For online registration, visit our website:
𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝘄𝘄𝘄.𝗷𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮𝗶𝘀𝗹𝗮𝗺𝗶𝗰𝘀𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹.𝗰𝗼𝗺/
Further Information:
0811-1277-155 (Ms. Indah; Fullday)
0899-9911-723 (Mr. Mubarok; Boarding)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok: