Chanelmuslim.com–
Himpunan Pengusaha-Santri Indonesia (HIPSI) akan mencetak satu juta santri dan alumni pondok pesantren menjadi pengusaha pada 2022 dengan serangkaian strategi yang membangkitkan semangat wirausaha di kalangan santri usia 25-35 tahun.
Dalam upayanya merealisasikan target satu juta santri pengusaha, HIPSI menggandeng berbagai perusahaan yang peduli dengan program wirausaha.
Hal itu disampaikan Muhammad Ghozali selaku Presiden HIPSI Dalam acara Tea Room Chats yang turut didukung oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) di Perth, Jumat (20/11). Ghozali berbagi pengalamannya membina dan menumbuhkembangkan semangat berbisnis di kalangan pondok pesantren.
Menurut dia, HIPSI berangkat sebagai jawaban terhadap fakta bahwa Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduknya Muslim, akan tetapi hanya ada 8 Muslim di antara 40 orang terkaya di Indonesia.
Pada 3 Februari 2012, HIPSI dibentuk di ujung sebuah pelatihan kewirausahawanan “Mandiri Goes to Pesantren”. Kemudian kegiatan HIPSI diisi dengan membangun 10 pusat pelatihan “Pesantren Enterpreneur” dengan tema-tema bisnis yang beragam: agrobisnis, kelautan, teknologi informasi dan media, kuliner, perdagangan, dan pertukangan.
“Hingga saat ini, tercatat ada 7.000 anggota aktif di HIPSI, mereka sudah banyak berbisnis bahkan hingga mengekspor ke negara tetangga,” kata Ghozali yang bisnis pertamanya dimulai dengan membuat waralaba warung makan dengan menu bebek di kota Surabaya.
Ia menjelaskan pengalaman di bisnis kulinernya itu dengan strategi “BODOL” yang merupakan singkatan dari berani, optimis, duit orang lain. Bisnis waralaba itu berjalan dengan modal dari kenalannya seorang Malaysia, dan hingga kini berjalan dengan lancar.
Namun seperti diakui oleh Ghozali, dinamika membangun ekonomi dari santri dan komunitas pondok pesantren sangat menarik di mana dari total 27.000 pesantren di seluruh Indonesia, sebagian ada yang setuju dengan program wirausaha dan sebagian lainnya kurang sependapat.
“Saya melihat umat Muslim harus mencontoh Nabi Muhammad secara kaffah. Beliau adalah pengusaha, pedagang yang sukses. Mengapa kita tidak? Dan dengan uang yang lebih banyak, kita sebagai Muslim bisa berbuat lebih banyak buat sekitar kita,” kata lulusan Universitas Airlangga itu.
Hambatan utama dalam memulai bisnis, masih kata dia, biasanya berupa tidak punya modal, tidak punya ide, atau tidak berjiwa bisnis.
Lewat kelas-kelas pelatihan dan motivasi HIPSI, hal-hal ini dibahas dan diupayakan solusinya. “Awalnya kami menggulirkan modal, tapi ternyata sekitar 80 persen bisnis berjalan tidak sesuai rencana. Ini akibat kurang pendampingan, kurang pelatihan. Maka kita giatkan pendampingan dan pelatihan, sembari bantu cari sumber-sumber modal,” tambahnya.
Dalam upayanya merealisasikan target satu juta santri pengusaha, HIPSI menggandeng berbagai perusahaan yang peduli dengan program wirausaha.
HIPSI menggelar pelatihan intensif gratis untuk para santri di Pandaan, Sukorejo, Jawa Timur, dengan materi yang mencakup bahasan bisnis kuliner, perbengkelan, menjahit, salon, dan perikanan.
Anggota HIPSI mendapatkan kartu anggota tanpa ada biaya menjadi anggota. Bila anggota ingin meningkatkan fasilitas, cukup membayar Rp50.000 dan mendapat kartu ATM yang berfungsi pula sebagai kartu diskon dengan saldo Rp20.000 di dalamnya.(ind/antara)