DALAM situasi di mana harga hasil panen sedang anjlok, para petani sering menghadapi dilema besar: menjual dengan harga rendah yang tidak sebanding dengan biaya produksi atau menahan hasil panen hingga harga kembali stabil.
Namun, ada fenomena menarik yang belakangan ini terjadi, yaitu sejumlah petani enggan menjual hasil panennya ke masjid meskipun ditawari skema pembayaran tertentu.
Dibagikan dalam media sosial TikTok Masjid Nurul Ashri yang memberikan alasan mengapa para petani enggan menjual hasil panennya ke Masjid, walaupun dengan harga yang cukup.
Harga Sedang Anjlok, Alasan Petani Tidak Mau menjual Hasil Panennya ke Masjid
Dalam unggahan yang beredar, para petani membenarkan bahwa harga sayur sedang anjlok parah. Bahkan harga wortel dan labu siam hanya dihargai 500 hingga 700 rupiah per kilogram.
Hal ini sebenarnya hanya ingin membantu para petani agar tidak mengalami kerugian besar akibat harga sayur yang terjun bebas.
Para petani memberikan alasan mengapa enggan menjual hasil panennya. Bukan masalah harga yang ditawarkan, tetapi petani tidak mau para tengkulak yang ada di daerahnya tidak mau lagi mengambil sayur mereka.
Petani juga lebih percaya pada mekanisme pasar lokal yang menawarkan kemungkinan harga yang lebih kompetitif, meskipun kecil.
Mereka cenderung memilih menjual hasil panen ke tengkulak atau pasar tradisional karena prosesnya cepat dan pembayaran langsung diterima.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Bagi mereka, pasar lokal memberikan rasa aman dibandingkan menjual ke masjid yang mungkin memiliki proses lebih panjang dan tidak memberikan harga yang diharapkan.
Fenomena petani yang enggan menjual hasil panennya ke masjid saat harga dan anjlok menunjukkan pentingnya keselarasan antara kebutuhan ekonomi petani dan kemampuan institusi keagamaan. Dengan komunikasi yang lebih baik, kerja sama yang saling menguntungkan dapat tercipta.
Pada akhirnya, sinergi antara petani dan masjid tidak hanya membantu menyelesaikan masalah ekonomi, tetapi juga memperkuat semangat gotong royong dan kebersamaan dalam masyarakat. [Din]